Sabtu, 09 November 2019

Gentle Birth dan Kenapa Harus VBAC?

 

Kehamilan adalah hal yang harus terencanakan, bukan kecelakaan atau ketidak sengajaan, tapi benar-benar sesuatu yang kita inginkan secara sadar, apalagi Ibu hamil itu harus selalu bahagia dan jauh dari masalah karena akan berdampak pada janinnya.

Proses melahirkan pun bukan sesuatu yang perlu ditakutkan sama hal nya dengan kematian, kapanpun  kita harus siap. Melahirkan harus bebas dari trauma agar pengalaman yang positif didapat ketika sang Ibu merawat bayi tanpa rasa stres dan penuh kebahagiaan setelah apapun proses melahirkan yang Ia lewati, normal maupun operasi sesar, itulah yang dinamakan Gentle Birth.

Beberapa waktu lalu saya mengikuti materi seorang penggiat VBAC bernama Mba Kamilah, Ia adalah seorang Ibu muda sekaligus Fisioterapi yang juga sukses melakukan VBAC. Ia membagikan banyak materi seputar hal yang menunjang kesuksesan VBAC dan tentunya tentang Gentle Birth. 

Menurut Mba Kamilah, Kehamilan haruslah sehat bugar jiwa dan raga untuk merayakan melahirkan dengan proses terindah penuh cinta kasih sehingga Ibu dan bayi bebas dari trauma sehingga yang didapatkan adalah pengalaman yang positif dan pengasuhan juga dapat berjalan dengan indah.

Saya masih mengalami born trauma dalam operasi sesar saya saat melahirkan Kio. Dari sana saya bertekad untuk bisa melahirkan alami. Mba Kamilah mengajarkan untuk membuat proposal kepada Allah untuk diizinkan menjalani VBAC ini. Proposal tersebut berisi, niat dan alasan kenapa saya ingin diberikan kesempatan tersebut, contohnya ya Allah izinkan hamba bisa melahirkan secara alami, agar hamba bisa memberikan yang terbaik untuk anak, suami, diri sendiri dan beribadah kepada Allah. 

Selain karena trauma dengan operasi sesar, ada hal lucu ketika saya menemui Bidan Amel pertama kali, Bidan Amel adalah calon provider VBAC saya kala itu. Beliau selalu mempertanyakan niat pasiennya kenapa ingin VBAC? Jika alasan pasiennya adalah untuk merasakan jadi Ibu yang sesungguhnya, tentu hal tersebut salah. Dan saya benar-benar merasakan hal tersebut, untungnya itu bukanlah niat yang saya miliki. Sekarang, ketika saya gagal VBAC, apakah saya bukan Ibu yang sesungguhnya, karena dua kali menjalani sesar? Bidan Amel berkata, Allah menciptakan tubuh wanita dengan segala keistimewaan untuk bisa melahirkan bayi. Untuk itu kita harus selalu berkhusnuzdon pada Allah untuk memberikan kita jalan agar bisa melahirkan secara alami.. 

Begitu pula yang dikatakan Mba Kamilah, bawa proses melahirkan itu suatu hal yang harus di jalankan secara alami layaknya mamalia saat melahirkan, ditempat yang tenang, sunyi dan nyaman. Berbeda sekali jika kita sudah pasrah untuk merencanakan operasi sesar tanpa ada kegawatan indikasi medis karena ingin yang instant dan cepat. Operasi sesar yang direncanakan pada Ibu Hamil, biasa di lakukan di usia kehamilan 37 minggu. Jika medis mengatakan diusia tersebut bayi sudah siap dilahirkan, sebenarnya belum tentu bayi nya sudah dalam keadaan siap dilahirkan kedunia, makanya ada bayi yang masih betah berlama-lama hingga kehamilan melewati 40 minggu atau 10 bulan. Bayi yang belum siap dilahirkan, biasanya akan suka rewel, itu kenapa bayi yang dilahirkan secara gentle birth biasanya akan lebih tidak menyusahkan karena dilahirkan dengan lebih kesadaran oleh Ibu dan dikomunikasikan kepada bayi. 

Apa perbedaan bayi yang dilahirkan secara alami dengan sesar? Apakah sama saja? Ternyata beda lohh. Bayi yang dilahirkan melalui jalan lahir ternyata memiliki antibodi maksimal yang didapat dari mikroorganisme yang Allah ciptakan di jalan lahir agar dapat mengembangkan system kekebalan tubuh yang kuat. Tumbuh kembangnya pun sudah terstimulasi sejak Ia melewati jalan lahirnya. 

Lalu alasan apalagi yang bisa meyakini untuk VBAC jika masih tidak meyakini hal-hal diatas? Yaitu faktor bahwa ada penelitian yang mengatakan bahwa sebenarnya bukan VBAC yang dapat membahayakan nyawa untuk sang Ibu, tapi justru operasi sesar lah yang lebih memberikan bahaya dan resiko. Apalagi biasanya di ruang operasi ada laki-laki, dan aurat bahkan organ intim kita akan mereka lihat dan saya mengalami hal tersebut, laki-laki entah dia siapa, bukanlah dokter kandungan yang saya kenal. 

Alasan lain yang penting juga bagi saya adalah ingin lebih hemat dari segi pengeluaran, karena tentu melahirkan normal apalagi di bidan, akan jauh lebih murah dibanding operasi sesar. Lalu Saya ingin melahirkan alami agar lebih cepat pulih dan lekas kembali ke rumah bersama-sama keluarga dan tentunya kembali bersama-sama si sulung tercinta, Kio. 



Sabtu, 28 September 2019

Prenatal Gentle Yoga - Ikhtiar VBAC

 

Memiliki rutinitas sebagai Stay At Home Mom membuat saya lebih memerlukan olahraga untuk mendukung aktifitas fisik saya sehari-hari, terutama untuk mengurus anak. Sebelum hamil anak kedua ini, saya pernah mencoba senam zumba, namun waktunya kurang cocok karena kelas nya hanya ada di waktu malam dan sangat pagi dimana saya sulit untuk meninggalkan Kio. 

Sampai akhirnya di kehamilan trimester awal, saya selalu mengalami sakit sebulan sekali dan saya rasa, hamil bukanlah penghalang untuk bisa berolah raga, dengan harapan badan lebih bugar dan tidak sakit-sakitan. 

Setelah browsing olahraga apa yang cocok, saya mendapati bahwa olahraga yang boleh dilakukan untuk Ibu hamil adalah Prenatal Gentle Yoga. PG Yoga ini bisa dilakukan di usia kehamilan mulai 20 minggu dan di usia kehamilan 20 minggu itu pula saya langsung mencari tempat PG Yoga area Bekasi atau Jakarta Timur. 

Sebuah klinik bersalin di Jakarta Timur menyelenggarakan PG Yoga setiap minggu dengan instruktur seorang bidan muda yang sejak pertama kali mengikuti kelas, membuat saya enjoy dengan kelas tersebut. Kelas yang awalnya saya memilih jam 9 agar tidak terlambat dengan jarak yang jauh, ternyata mengikuti kelas jam 7 pagi lebih menyenangkan. Ketika saya pulang, Kio baru akan bangun, lalu berangkat dan pulang udara Jakarta juga masih bersih, sungguh hal yang selalu saya tunggu.

Manfaatnya sungguh signifikan untuk saya pribadi, saya jadi tidak

sakit dan merasa lebih bugar. Sembilan puluh menit, seminggu sekali, sangat bermanfaat. Belum lagi manfaatnya untuk si jabang bayi, posisinya juga selalu bagus yaitu kepalanya sudah dibawah di usia kehamilan saya 26 minggu. Di kelas PG Yoga juga saya mendapatkan teman-teman seperjuangan yang sama-sama menginginkan proses melahirkan normal walaupun dengan provider yang berbeda.

Sabtu, 21 September 2019

Mudik Trip ke Padang di Kehamilan 4 Bulan Bersama 1 Balita

 

Di usia kehamilaan 4 bulan kemarin kami sekeluarga melakukan mudik trip ke Padang. Bagi kami ini adalah pengalaman luar biasa. Kami hanya pergi bertiga saja, karena mobil kami bukan lah mobil besar yang cukup membawa banyak barang, apalagi kalau sudah ada orang dewasa ikut, kaki saya saja sampai keram ketika rekan suami sekeluarga ikut berlibur ke Bukittinggi dengan jarak tempuh 3 jam dari Padang.

Suami saya baru sekitar 1 tahunan bisa menyetir mobil, paling jauh yang kami pergi baru ke Bandung. Saat itu saya sedang kondisi Hamil muda dan harus mengurus balita kami usia 2 tahun.


Jadi, kami berangkat H-4 lebaran, di mana perkiraan waktu tempuh kami sekitar 3 Hari dengan single driver yaitu Ayah Kio. Mengingat ada Ibu hamil dan Balita, kami melakukan perjalanan dengan santai dan kalau malam tiba kami akan menginap dipenginapan

Bersyukur, keberangkatan kami mudik minim kendala, dengan hanya mengandalkan gmaps dan mencoba Tol Sumatra, Ayah Kio menyetir, saya dan Kio terlelap . Bagaimana dengan Kio saat perjalanan? Pastinya balita 2 tahun ini mengalami bosan, dan jika bosan itu datang, Ia rewel namun tidak lama dia mengantuk. Mudah sekali bagi Kio untuk tidur di mobil. 

Kio tidak pernah mau tidur berbaring dibelakang, dia hanya mau didekap oleh saya, saya lumayan kelelahan memangkunya karena yang diperut juga tertekan. Malam pertama kami menginap di kapal, lalu Hari selanjutnya bermalam di daerah Lahat. Istirahat sampai badan lumayan bertenaga dan melanjutnya perjalanan tanpa bermalam lagi dipenginapan karena tujuan kami sudah dekat ke Padang. 

Senjata untuk Kio tentunya mainan, cemilan, dan kalau sudah kepepet ya YouTube. Sedihnya memang kebanyakan YouTube, kalau di restoran Ia tidak bisa diam dan kami sudah lelah, YouTube is the best nanny for him. 

Ketika Hari kepulangan kami ke Jakarta datang, kami sempatkan untuk berlibur sejenak ke beberapa tempat di Sumatra Barat dengan mengajak temannya Ayah Kio beserta istri anaknya menggunakan mobil kami yang kecil itu. Sayang nya kami terlalu santai dan ketika waktu sudah mepet untuk balik ke Jakarta kami terburu-buru. Ditambah lagi perjalanan pulang tidak selancar perjalanan berangkat. Tol Sumatra sudah tutup, posisi kami sedang di Palembang dan harus buru-buru pulang supaya Ayah Kio bisa kembali bekerja tepat waktu. 

Perjalanan pulang ke Jakarta, kami tempuh dengan sangat lelah sekaligus trauma, karena perjalanan yang tidak menggunakan tol Sumatera tersebut, membuat kami memutar-mutar cari jalan. Saya pun ikut begadang karena ketakutan dengan kondisi jalan non-tol yang menyeramkan. Tapi ketakutan saya tidak berpengaruh, saya tetap ketiduran dan Ayah Kio menghadapi jalan gelap sendirian. 

Ayah Kio bilang, selama saya tidur, kondisi jalan semakin parah dan gelap. Kami sempat menemui kemacetan yang sangat panjang akibat jembatan yang hampir putus dan sulit dilewati. Jika pengalaman ini akan diulang, tentu saya akan berpikir berkali-kali, mengingat ketika ada adik Kio, saya tidak mau menambah kesulitan, apalagi sebenarnya biaya mudik trip kami lebih besar daripada membeli tiket pesawat. Yha anggap saja pengalaman kemarin adalah membeli pengalaman sebelum si nomor dua lahir.

Jumat, 13 September 2019

Kio dan Kelas Montessori di Sunny Glow Bekasi

Semenjak hamil adik Kio, saya tidak lagi membawa Kio ke kelas Kindy Cloud di Jakarta. Tapi, sudah lama saya mengincar kelas montessori untuk Kio. Bersyukur kelas montessori tersebut ada di daerah Bekasi walaupun yang bisa per visit ini lumayan jauh dari rumah (maklum Ibu Kio sudah lemah).
Kio mengikuti kelas montessori pertamanya di Sunny Glow Harapan Indah Bekasi. Kio mengambil kelas di siang hari, dimana biasanya itu jam tidur siang anak, jadilah kelas tersebut menjadi kelas private buat Kio. Kio bermain sendirian dengan dua orang Miss.
Di awal kelas Kio masih kaget, karena tidak ada teman, dan ketika kedua Miss bernyanyi dan menari, Kio malah memeluk saya erat-erat, untung nya dia tidak menangis dan butuh beberapa waktu untuk melepasnya belajar dengan para Miss.

Setelah lumayan butuh ice breaking, akhirnya Kio tersadar bahwa di depan ada banyak mainan. Mainan-mainan tersebut merupakan mainan edikasi berbasis montessori. Kio dibebaskan memilih mainan yang ingin dia mainkan.

Awalnya Kio bingung dengan berbagai macam mainan disana, sedangkan sistem belajar montessori tersebut menggunakan metode satu-persatu agar anak tetap fokus akan hal yang Ia kerjakan. Jadi, ketika anak mengambil satu permainan, Ia harus mengambilnya di masing-masing alas, dan ketika sudah selesai, harus mengembalikannya lagi untuk mengganti permainan.

Walaupun belum ada temannya, Kio sangat menikmati kelas tersebut, Ia menemukan mainan favoritnya yaitu binatang-binatang perternakan sampai susah beranjak dari ke mainan lain. Kedua Miss disana juga sangat atraktif, baik dan sabar, jadinya saya hanya duduk menyimak tanpa harus kelelahan.

Sepertinya Kio akan kembali ke kelas ini dengan kelas yang lebih pagi agar bisa bertemu teman lainnya sambil melihat ada perkembangannya untuk Kio.

Minggu, 25 Agustus 2019

My VBAC Journey

 


Pertama yang menjadi pertanyaan, mengapa dikehamilan pertama saya harus operasi? Jawabannya, karena saya kurang informasi dan usaha. Lalu saya juga terlalu panik karena Hari Perkiraan Lahiran (HPL) adalah sewaktu libur lebaran, dimana saya takut dokter-dokter pada cuti. Akhirnya ketika seminggu sebelum lebaran, saya pecah ketuban dan dokter juga langsung menindak saya untuk operasi caesar.

Usia kehamilan diatas 20 minggu, saya mendaftarkan diri untuk mengikuti kelas Prenatal Gentle Yoga sambil approach ke senior bidan penyelenggara yoga tersebut untuk membantu saya melahirkan. Sayangnya tidak pernah jodoh dengan beliau, chat terakhir saya tidak dibalas dan saya juga sudah lelah jika harus mengejar beliau karena jarak praktek pun jauh dari rumah.  Bidan tersebut memang rekomendasi google dan mungkin sudah terlalu banyak pasien. Rencananya berikutnya saya mencari dokter pro-normal di Bekasi.

Saya mendapatkan rekomedari dari seorang teman untuk konsultasi dengan dr.Henny Sp.OG di RS Sam Marie Basra daerah Pondok Bambu Jakarta Timur yang tidak jauh dari rumah Ibu saya. Tidak banyak review tentang dokter dan rumah sakit tersebut. Beliau juga tidak kunjung praktek disaat saya sudah sangat butuh untuk kontrol kehamilan karena sudah lebih dari sebulan.

Sampailah saya pada dr.Yuditiya yang berpraktek di RS Hermina Bekasi, beliau adalah seorang dokter Fetomaternal yang banyak direkomendasikan di google. Beliau memang seorang dokter ahli dengan pasien yang sangat banyak. Sekali konsultasi juga dengan nominal yang lumayan mahal dan obat yang beliau berikan pun mahal. Pendapat saya tentang beliau, beliau adalah dokter ahli yang baik dan sangat menenangkan. Keluar dari ruang praktek pun saya merasa tenang karena tanggapan beliau tentang kasus saya. Saya memiliki riwayat caesar dengan usia anak baru 2 tahun, tapi beliau sangat positif, berbeda sekali dengan dokter yang pernah saya temui di awal kehamilan yang langsung mendiagnosa bahwa saya akan kembali di operasi caesar.

Namun ada hal yang masih mengganjal saya untuk kembali ke dr.Yuditiya, yaitu antrian yang panjang membuat saya merasa diburu-burui untuk konsultasi dengan beliau, padahal biaya konsultasi tidak murah. Belum lagi obat yang diberikan menurut saya berlebihan dan cukup mahal dan sepertinya saya butuh opini dari dokter lainnya.

Bulan depan kehamilan saya sudah menginjak 7 bulan, rencananya saya akan ke RS Mitra Bekasi sebagai pilihan terakhir yaitu dengan dr.Lina yang juga sangat pro normal. Tetapi saya juga akan ke satu dokter di sebuah klinik kebidanan di Jatiwaringin sebagai perbandingan sambil saya tetap berusaha dengan mengikuti Prenatal Gentle Yoga. Saya akan kembali memberikan kabar tentang perjalanan saya bulan depan.. Terima kasih sudah menyimak :

Kamis, 22 Agustus 2019

Number Two Is On The Way

 

Menikah di usia yang cukup matang, tak lantas membuat saya ingin terburu-buru memiliki anak lebih dari satu. Menjadi stay at home mom dengan kegiatan mengurus satu anak yang sedang sangat aktif, mengurus suami dan rumah tanpa bantuan orang lain adalah hal yang sangat melelahkan. Apalagi saat ini sulit mencari assisten rumah tangga yang loyal dan bisa diandalkan, untuk itu saya belum berpikir untuk mendapatkan anak kedua..

Tetapi karena menunda menggunakan alat kontrasepsi, hal yang saya takuti malah menghampiri. Saya kembali diberi rezeki untuk hamil anak kedua. Sungguh saya bingung dan kurang bahagia. Setidaknya saya siap disaat anak pertama nanti menginjak usia 3 tahun yang berarti saya masih punya waktu satu setengah tahun untuk memberdayakan diri. Riwayat operasi Caesar juga masih membuat saya trauma.

Berbeda sekali dengan kehamilan pertama, di usia kehamilan menginjak 20 minggu, saya baru memulai untuk minum vitamin kehamilan karena mual dan pusing sering menyerang. Saya juga ikut kelas prenatal yoga sebagai ikhtiar saya untuk melahirkan normal atau dinamakan VBAC (Vaginal Birth After Caesarian) .

Saat ini kehamilan saya sudah menginjak 6 bulan. Rasanya malah tidak sabar menyandang Ibu Dua Anak HAHA. Semua yang digariskan saya syukuri, karena ini adalah bagian dari rezeki. Saya akan memulai diary saya tentang "My VBAC Journey" disini, semoga konsisten ya.. See you 

Selasa, 06 Agustus 2019

Balada Asisten Rumah Tangga (ART)

Sudah lama tubuh ini berteriak-teriak kelelahan karena si sulung aktifnya minta ampun dan pekerjaan rumah susah kepegang, diitambah lagi sekarang berbadan dua.
Disaat anak masih satu dan belum hamil, saya sangat santai dalam urusan domestik. Saya dan suami terbiasa cari makan masing-masing. Setrikaan bisa urusan laundry, bebenah pun masih bisa panggil penyedia jasa bebersih sesekali. 

Menggunakan jasa ART belum menjadi sesuatu yang darurat karena saya lebih suka kesendirian dan hanya ada suami dan anak dirumah. Namun saya tidak boleh egois, karena terkadang badan saya sudah tidak bisa mengikuti kemauan si sulung yang lagi aktif-aktifnya itu.
Ternyata, sebagai pengalaman pertama saya dalam meng-hire seorang ART sungguh suatu yang terkadang menguras hati. ART yang saya hire ini dari desa dan baru lulus SMK. Pasti ebeus-ebeuss senior sudah paham kendala yang terjadi.

Pertama, saya suka ketenangan, ketika saya mendapati ART yang suka berbicara, saya jadi pusing, dia terlalu banyak bertanya yang bukan berhubungan dengan pekerjaan.
Kedua, karena dia dari desa dan masih muda, terasa sekali sikapnya yang masih agak norak dengan melakukan selfie dimanapun. Disini saya geram, saya belum tahu untuk me-warning ART agar tidak terlalu sering memegang HP, jadi lah saya harus tegur dia. Benar-benar memiliki attitude semau dia, disini agak lelah saya menegur. 

Ketiga, kembali lagi, karena dari desa, masih ABEGE, ia suka sekali nyomot makanan saya, disini menjadi pelajaran saya untuk tidak terlalu pelit, tapi gimana ya,, terkadang makanan saya tidak murah dan dia tanpa ijin mengambilnya Saya tidak ingin menganggap dia bawahan, tapi kesemau2annya dia membuat saya harus kembali menegur. Bagaimana dia men-treat anak saya, yaitu dengan enak nya berbagi sendok disaat menyuapi anak saya. 

Terakhir, hidup jadi lebih boros karena ketika saya lelah menegur dan saya juga menjaga perasaanya supaya betah dirumah saya, saya harus pasrah dengan cara kerja dia yang terkadang terlalu membuang-buang listing, detergen, minyak goreng, tissue dll.. 

Haduuhh memang sulit ya mencari ART yang cocok, tapi harus banyak positif thinking juga supaya tidak stres, toh hidup saya lumayan terbantu dengan adanya dia, kalau tidak legowo, pusing juga kan sudah mengeluarkan uang tambahan setiap bulan untuk menggaji dia tapi kita nya tidak ikhlas. Doakan saya ya supaya kuat, anak-anak lekas mandiri, dan saya bisa kembali struggling tanpa ART.

 

Kamis, 21 Februari 2019

Membeli Rumah, Pikirkan Dulu Hal Ini!

 


Siapa sih yang tidak pingin punya rumah?

Saya pun kepingin banget punya rumah dan bersyukur bisa terkabul dengan proses singkat. Semenjak sebelum menikah, suami saya memang sudah merencakan untuk segera mempunyai rumah, tapi saya tidak sependepat dengan beliau karena takut menjadi beban untuk kami.

Ternyata, suami lumayan gencar untuk hunting rumah baru maupun second melalui internet. Sampai akhirnya saya yang kala itu sedang hamil berpikir, jika sudah punya anak nanti alangkah baiknya untuk tidak lagi mengontrak rumah dan mulai menetap.

Mengingat jika nanti anak-anak kami sudah sekolah, pastinya hal ini juga menjadi bahan pemikiran penting untuk memiliki rumah pribadi disebuah lokasi. Berarti masih punya banyak waktu untuk mulai memiliki rumah dan menetap ketika anak sudah mulai masuk TK atau SD.

Pencarian rumah kami tidak menunggu tahun demi tahun, tapi disaat saya hamil tersebut kami sudah mulai survei dengan budget nekat. Disini saya ingin berbagi betapa bukan nominal yang kecil untuk bisa memiliki rumah, apalagi rumah yang akan kita tinggali bersama keluarga tercinta dalam waktu jangka panjang. Untuk itu ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk memilih rumah dengan segala pertimbangan, persiapan dan hindari tergesa-gesah.

Pertama, yang harus dilakukan adalah memperkirakan berapa harga rumah yang akan dibeli. Apabila kita ingin membeli dengan cara kredit, maka harus diperkirakan berapa dana yang akan kita pakai untuk mencicil kredit tiap bulannya, diusahakan tidak lebih dari 30% dari gaji bulanan. Mengingat harga pergerakan rumah yang terus naik, ada baiknya mempertimbangkan apakah lebih baik membeli atau mengontrak saja dulu, karena mempunyai rumah bukan perkara gengsi tapi kesanggupan.

Kini harga tanah di area Jakarta sangat tidak terjangkau untuk para milenial dengan pendapatan menengah apalagi dengan kebutuhan hidup yang cukup banyak. Di pameran rumah 2017 kemarin, kami menemukan rumah dibawah 1 Milyar di daerah Cinere perbatasan Jakarta Selatan dan Depok yaitu sekitar 800 juta dengan luas tanah 60 meter, entah tahun ini sudah berapa.

Berdasarkan perkiraan diatas, kami mencari area pinggiran Jakarta yaitu area Depok, Bekasi, Tangerang dan sekitarnya, dengan kisaran harga 500juta an dengan tipe minimal 54 atau luas tanah 72 meter.

Kedua, mempersiapkan biaya DP Rumah minimal 30% dari harga rumah, semakin besar semakin bagus atau kalau mampu cash lebih beruntung sekali. Jika tabungan baru menembus angka tiga dijit jangan tergesa-gesa mencari rumah, lebih baik nabung lebih banyak karena pikirkan juga untuk dana darurat, mengisi interior, belum lagi standart bawaan rumah developer yang terkadang butuh di upgrade, sungguh bukan biaya sedikit. Sekali lagi, beli tergesah-gesah sama sekali tidak menguntungkan.

Setelah keduanya dirasa cukup, lalu yang perlu dilakukan adalah menetapkan lokasi. Disini akhirnya kami memilih Bekasi karena jarak ke rumah Ibu saya lebih dekat, ada akses kereta dan masih dekat ke lokasi kantor suami.

Maka dengan pengalaman satu setengah tahun menempati rumah yang kami miliki sekarang, ternyata bukan hanya tiga hal diatas yang berkaitan, ada hal lain yang perlu dicermati apalagi membeli rumah inden seperti saya dimana kita belum lihat pasti wujud dari rumah yang akan kita beli dan tinggali;

1. Kondisi lingkungan rumah apakah banjir atau tidak?
2. Apakah developernya betul-betul amanah dengan memberikan kualitas bangunan rumah sesuai harga?
3. Kejelasan kapan Surat Hak Milik tanah akan diserahkan?
4. Berapa lama masa garansi apabila terjadi kerusakan bangunan?
5. Apakah air dan listrik bekerja dengan baik?
6. Akses atau jarak dari rumah menuju kantor dan sekolah anak.

Selebihnya kita juga patut berdoa agar mendapatkan tetangga yang baik-baik.:)

Jumat, 08 Februari 2019

Earn, Save and Invest

 

Penasaran dan kepo sepertinya adalah sifat dasar dari kebanyakan wanita.  Blog ini akan berisi tentang segala hal dari rasa penasaran saya kepada banyak hal. Contohnya adalah penasaran atau kepo tentang seberapa penting sih Financial Planner untuk sebuah keluarga? 

Sok an banget sih mau pakai financial planner, sudah tajir banget ya?
Ini di-AMIN-kan saja ya.

Saya sendiri dari sebelum nikah sudah sangat ingin mengetahui bagaimana sih cara mengelola keuangan keluarga. Awalnya jika saya masih bekerja, pasti akan ada penggabungan dua gaji dari dua kepala dan bingung bagaimana cara mengelolanya? Tapi kenyataannya, di awal pernikahan saya sudah tidak bekerja dan hanya mengandalkan gaji suami dan mudah-mudahan pengelolaannya jadi lebih sederhana.

Kami belum meng-hire financial planner dan masih keluarga muda yang sedang meraba alur dan pola sistem keluarga *ngomongapasihgue*. Untuk itu sebuah pedoman yang harus menjadi PR kami adalah Earn, don't spend much, Save and Invest.

Kenapa sih saya segitunya banget sama hal keuangan? Bukan tentang matrealistis, tapi realistis jika suami adalah karyawan swasta dan kami bukan dari krezi rich Jakartan dan masih harus menata keuangan untuk hari ini, hari esok dan hari-hari mendatang, maka sebagai 'mentrik keuangan' di Keluarga Perkasa, saya jadi tertantang untuk tahu lebih banyak!

Bersyukur hari ini masih dilimpahi umur, tenaga dan kesehatan, maka alangkah lebih baiknya jika empat hal yang saya tebalkan diatas harus mulai diterapkan. Karakter suami saya sangat melengkapi kami, beliau selalu mengingatkan untuk jangan boros dan tidak membeli hal-hal yang tidak penting, juga mengingatkan tentang Save and Invest.

Jadi ceritanya saya ingin menerapkan financial planning dengan mencoba menemui Konsultan Keuangan. Errrrrr.....

Dari pertemuan bersama konsultan keuangan atau financial planner tersebut , saya ditanya oleh dua orang financial planner, “Kenapa, ada keperluan apa kemari?” Saya jawab, “Apakah keuangan keluarga kami aman dengan segala perhitungan dan tabungan yang kami miliki?”

Lalu dari dua jam pertemuan dengan dua orang financial planner, mereka mencari tahu tentang latar belakang keuangan saya dan disimpulkan hal-hal dasar yang diperlukan dalam benteng keuangan keluarga.

Disini saya akan sedikit bocorkan tentang latar belakang keluarga kami yaitu, memiliki penghasilan dari satu kepala, tidak memiliki kartu kredit, hanya menggunakan satu rekening bank aktif dan memiliki tanggungan satu orang anak yang masih balita, belanja kehidupan sehari-hari masih dalam batas wajar hanya saja istri masih terlalu sering GoFood dan bukan pengguna GoPay. 

Maka dari latar belakang tersebut, yang kami perlu kembangkan adalah Investasi.
Kok investasi, kalau menabung aja gimana??

Banyak yang sudah paham ya, ketika kita menabung, atau SEKEDAR MENABUNG yang terkadang tidak pasti nominal tiap bulannya, uang yang kita tabung tidak dapat mengikuti inflasi, padahal biaya sekolah yang berinflasi setiap tahun, bisa-bisa tidak menjangkau keuangan kita. Pilihannya antara menurunkan standart atau berhutang. 

Berhutang bukanlah solusi, bagi kami berhutang itu akan menambah masalah. Terbiasa berhutang, esok hari akan terus bertambah berhutang dan berhutang.

Contohnya investasi untuk sekolah anak, disini biaya sekolah anak juga perlu ada sistem investasi, apalagi inflasi sekolah anak bisa lebih dari 30% pertahun. Sangat disarankan jika sudah memiliki standar atau tujuan sekolah anak sejak sebelum anak lahir atau bahkan sebelum Ibu hamil, dengan begitu akan semakin mudah merencanakan nilai investasi untuk anak masuk sekolah.

Nah perlu banget kan riset dari sekarang berapa uang masuk sekolah anak di sekolah inceran, lalu dihitung deh inflasinya dan kira-kira investasi apa yang cocok. Belum sampai disitu, pondasi keuangan keluarga tuh ribet ternyata, tapi nggak usah dibikin rumit! Saya akan lanjutakan dilain kesempatan yaaaa.. Ciaooo

Selasa, 15 Januari 2019

Kio and Kindy Cloud

 Kemarin seorang coach atau guru yang biasa dipanggil Miss dari Kindy Cloud bertanya pada saya, "Rumahnya di mana Mom?" Di JakTim jawab saya. "Wah jauh juga ya", sautnya. 


Kalau dibilang "kok niat banget untuk ikut kelas Kindy Cloud ini sih?" tidak juga yaa, karena walaupun sebenarnya rumah saya di Bekasi Barat, tapi tiap hari Selasa saya dan Kio ada di rumah Ibu di Jaktim, maka dengan mudahnya Kio bisa mengikuti kelas Kindy Cloud ini hanya dengan naik ojek ke Jaksel.

Kok naik ojek? Kasihan banget Kio-nya. Ya karena JakSel itu maceettttt bangeettt, bisa-bisa kami gagal ikut kelas karena kejebak macet. :D

Ok back to topic, kenapa seniat itu ikut kelas Kindy Cloud, emang itu apa sih?


Jadi, Ibunya Kio ini emang orangnya suka penasaran, dan awalnya cuma kepingin tahu kelas Kindy Cloud itu seperti apa. Jujur saja saat pertama kali saya dan Kio ikutan kelas ini, saya pribadi merasa awkward dan berpikir, memang ngerti ya bayi-bayi ini diajarin ini itu. Ikutan lagi ndak ya...?? Manfaat dari kelas Kindy Cloud ini apa ya??

Kemudian saya sadar, ih anak saya senang sekali berada di kelas tadi, nangis juga hanya karena takut disalah satu sesi dan selebihnya Ia sangat menikmati, maka saya berpikir ingin mencobanya lagi sampai Kio berani disesi tersebut.

Saya tidak pernah super niat menunggu jadwal kelas Kindy Cloud, tapi memang setiap ada sisa seat yang diumumkan di Instagram, saya langsung mendaftarkan Kio untuk di hari Selasa. 

Sebelumnya saya memilih kelas Kindy Cloud di Kemang yang tidak terjangkau dengan ojek dari lokasi kami. Favorit banget untuk kelas di Buba and Bump yang tempatnya bagus banget untuk anak-anak. Jadi sebelum dan sesudah kelas, Kio bisa main di playgroundnya.

Ada beberapa sesi di kelas Kindy Cloud dan kalau sampai terlambat jadi sayang bangettt. Pertama, ada sesi perkenalan sambil bernyanyi "hello..hello.. Kio how are you..?" "I am good". Kedua, ada sesi pemanasan dengan bernyanyi, bergerak dan baby gym. Lalu sesi dengan tema di hari itu, seperti tema Farmer/Patern yang diwakilkan menggunakan story telling atau bercerita dari sebuah buku anak-anak. 

Sesi berikutnya ada mewarnai gambar menggunakan warna yang sangat baby friendly, selanjutnya yang paling saya tunggu yaitu "Sensory Play" atau bermain dengan berbagai tekstur. Dimana disesi ini seru dan sedih banget, walaupun sudah ketiga kalinya Kio mengikuti kelas, ia masih saja ketakutan untuk menyentuh berbagai tekstur di sensory play :(.

Ada berbagai macam tekstur disini, mulai dari yang keras, lembek hingga cair. Memang sih anak-anak yang lain juga banyak yang menangis ketakutan ketika kakinya tersentuh tekstur yang bermacam-macam itu, tapi kalau diajarkan dari bayi, seperti tidak akan sejijik Kio.

Setelah bermain kotor-kotoran di sensory play, semua anak berganti pakaian dan dilanjutkan sebuah sesi tambahan sebelum sesi penutup. Lumayan banyak yaa kegiatannya..

Sesi penutupnya juga seru banget, yaitu bermain Peek A Boo menggunakan parasut. Anak-anak yang tadinya cranky karena sensory play jadi happy lagi. Sesi ini menjadi sesi favorit saya juga, karena keseruan bersama-sama bernyanyi "Row Row Your Boat" yang bagi saya, lagu ini jadi identik dengan Kindy Cloud. Sesi paling terakhir dan membuat anak-anak lebih on fire adalah bubble bath time yaitu anak-anak bermain berlomba-lomba merebut gelembung sabun.

Miss disini masih muda-muda, good looking dan sangat baik. Dari tiga kali mengikuti kelas, Kio selalu mendapatkan Miss yang sama.Sedikit tips supaya anak nyaman mengikuti kelas, sebisa mungkin ditidurkan dulu selama perjalanan menuju lokasi Kindy Cloud.  Gunakan pakaian yang nyaman seperti kaos lengan pendek dan celana pendek agar udah bergerak dan main kotor-kotoran. Bawa baju penggant untuk mama dan anak. Sediakan juga makanan atau cemilan dan yang paling penting air minum.

Jadi menurut mama penting tidak sih mengikuti kelas seperti ini? Untuk saya pribadi, saya menyadari diri saya bukanlah Ibu yang piawai dalam berbagai hal termasuk mengajarkan anak dalam sensory play. Karena kekurangan saya tersebut, maka saya sebisa mungkin mengikuti kelas ini untuk Kio walaupun masih jarang sekali.

Kalau ada yang bilang, kan bisa dirumah? Iya bisa banget! Tapi kebetulan saya orangnya males repot dan lebih senang jika saya dan Kio bertemu dengan anak-anak lain untuk bersosialisasi dan belajar bersama, Jadi kalau mama-mama punya tenaga yang lebih dan ingin lebih berhemat, bisa saja membuatkannya dirumah.

Kalau yang belum tahu lagu "Row Row Your Boat", ini yaa.. bisa dihafalin sebelum ikut kelas Kindy Cloud :D