Tampilkan postingan dengan label investasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label investasi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Februari 2019

Membeli Rumah, Pikirkan Dulu Hal Ini!

 


Siapa sih yang tidak pingin punya rumah?

Saya pun kepingin banget punya rumah dan bersyukur bisa terkabul dengan proses singkat. Semenjak sebelum menikah, suami saya memang sudah merencakan untuk segera mempunyai rumah, tapi saya tidak sependepat dengan beliau karena takut menjadi beban untuk kami.

Ternyata, suami lumayan gencar untuk hunting rumah baru maupun second melalui internet. Sampai akhirnya saya yang kala itu sedang hamil berpikir, jika sudah punya anak nanti alangkah baiknya untuk tidak lagi mengontrak rumah dan mulai menetap.

Mengingat jika nanti anak-anak kami sudah sekolah, pastinya hal ini juga menjadi bahan pemikiran penting untuk memiliki rumah pribadi disebuah lokasi. Berarti masih punya banyak waktu untuk mulai memiliki rumah dan menetap ketika anak sudah mulai masuk TK atau SD.

Pencarian rumah kami tidak menunggu tahun demi tahun, tapi disaat saya hamil tersebut kami sudah mulai survei dengan budget nekat. Disini saya ingin berbagi betapa bukan nominal yang kecil untuk bisa memiliki rumah, apalagi rumah yang akan kita tinggali bersama keluarga tercinta dalam waktu jangka panjang. Untuk itu ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk memilih rumah dengan segala pertimbangan, persiapan dan hindari tergesa-gesah.

Pertama, yang harus dilakukan adalah memperkirakan berapa harga rumah yang akan dibeli. Apabila kita ingin membeli dengan cara kredit, maka harus diperkirakan berapa dana yang akan kita pakai untuk mencicil kredit tiap bulannya, diusahakan tidak lebih dari 30% dari gaji bulanan. Mengingat harga pergerakan rumah yang terus naik, ada baiknya mempertimbangkan apakah lebih baik membeli atau mengontrak saja dulu, karena mempunyai rumah bukan perkara gengsi tapi kesanggupan.

Kini harga tanah di area Jakarta sangat tidak terjangkau untuk para milenial dengan pendapatan menengah apalagi dengan kebutuhan hidup yang cukup banyak. Di pameran rumah 2017 kemarin, kami menemukan rumah dibawah 1 Milyar di daerah Cinere perbatasan Jakarta Selatan dan Depok yaitu sekitar 800 juta dengan luas tanah 60 meter, entah tahun ini sudah berapa.

Berdasarkan perkiraan diatas, kami mencari area pinggiran Jakarta yaitu area Depok, Bekasi, Tangerang dan sekitarnya, dengan kisaran harga 500juta an dengan tipe minimal 54 atau luas tanah 72 meter.

Kedua, mempersiapkan biaya DP Rumah minimal 30% dari harga rumah, semakin besar semakin bagus atau kalau mampu cash lebih beruntung sekali. Jika tabungan baru menembus angka tiga dijit jangan tergesa-gesa mencari rumah, lebih baik nabung lebih banyak karena pikirkan juga untuk dana darurat, mengisi interior, belum lagi standart bawaan rumah developer yang terkadang butuh di upgrade, sungguh bukan biaya sedikit. Sekali lagi, beli tergesah-gesah sama sekali tidak menguntungkan.

Setelah keduanya dirasa cukup, lalu yang perlu dilakukan adalah menetapkan lokasi. Disini akhirnya kami memilih Bekasi karena jarak ke rumah Ibu saya lebih dekat, ada akses kereta dan masih dekat ke lokasi kantor suami.

Maka dengan pengalaman satu setengah tahun menempati rumah yang kami miliki sekarang, ternyata bukan hanya tiga hal diatas yang berkaitan, ada hal lain yang perlu dicermati apalagi membeli rumah inden seperti saya dimana kita belum lihat pasti wujud dari rumah yang akan kita beli dan tinggali;

1. Kondisi lingkungan rumah apakah banjir atau tidak?
2. Apakah developernya betul-betul amanah dengan memberikan kualitas bangunan rumah sesuai harga?
3. Kejelasan kapan Surat Hak Milik tanah akan diserahkan?
4. Berapa lama masa garansi apabila terjadi kerusakan bangunan?
5. Apakah air dan listrik bekerja dengan baik?
6. Akses atau jarak dari rumah menuju kantor dan sekolah anak.

Selebihnya kita juga patut berdoa agar mendapatkan tetangga yang baik-baik.:)

Jumat, 08 Februari 2019

Earn, Save and Invest

 

Penasaran dan kepo sepertinya adalah sifat dasar dari kebanyakan wanita.  Blog ini akan berisi tentang segala hal dari rasa penasaran saya kepada banyak hal. Contohnya adalah penasaran atau kepo tentang seberapa penting sih Financial Planner untuk sebuah keluarga? 

Sok an banget sih mau pakai financial planner, sudah tajir banget ya?
Ini di-AMIN-kan saja ya.

Saya sendiri dari sebelum nikah sudah sangat ingin mengetahui bagaimana sih cara mengelola keuangan keluarga. Awalnya jika saya masih bekerja, pasti akan ada penggabungan dua gaji dari dua kepala dan bingung bagaimana cara mengelolanya? Tapi kenyataannya, di awal pernikahan saya sudah tidak bekerja dan hanya mengandalkan gaji suami dan mudah-mudahan pengelolaannya jadi lebih sederhana.

Kami belum meng-hire financial planner dan masih keluarga muda yang sedang meraba alur dan pola sistem keluarga *ngomongapasihgue*. Untuk itu sebuah pedoman yang harus menjadi PR kami adalah Earn, don't spend much, Save and Invest.

Kenapa sih saya segitunya banget sama hal keuangan? Bukan tentang matrealistis, tapi realistis jika suami adalah karyawan swasta dan kami bukan dari krezi rich Jakartan dan masih harus menata keuangan untuk hari ini, hari esok dan hari-hari mendatang, maka sebagai 'mentrik keuangan' di Keluarga Perkasa, saya jadi tertantang untuk tahu lebih banyak!

Bersyukur hari ini masih dilimpahi umur, tenaga dan kesehatan, maka alangkah lebih baiknya jika empat hal yang saya tebalkan diatas harus mulai diterapkan. Karakter suami saya sangat melengkapi kami, beliau selalu mengingatkan untuk jangan boros dan tidak membeli hal-hal yang tidak penting, juga mengingatkan tentang Save and Invest.

Jadi ceritanya saya ingin menerapkan financial planning dengan mencoba menemui Konsultan Keuangan. Errrrrr.....

Dari pertemuan bersama konsultan keuangan atau financial planner tersebut , saya ditanya oleh dua orang financial planner, “Kenapa, ada keperluan apa kemari?” Saya jawab, “Apakah keuangan keluarga kami aman dengan segala perhitungan dan tabungan yang kami miliki?”

Lalu dari dua jam pertemuan dengan dua orang financial planner, mereka mencari tahu tentang latar belakang keuangan saya dan disimpulkan hal-hal dasar yang diperlukan dalam benteng keuangan keluarga.

Disini saya akan sedikit bocorkan tentang latar belakang keluarga kami yaitu, memiliki penghasilan dari satu kepala, tidak memiliki kartu kredit, hanya menggunakan satu rekening bank aktif dan memiliki tanggungan satu orang anak yang masih balita, belanja kehidupan sehari-hari masih dalam batas wajar hanya saja istri masih terlalu sering GoFood dan bukan pengguna GoPay. 

Maka dari latar belakang tersebut, yang kami perlu kembangkan adalah Investasi.
Kok investasi, kalau menabung aja gimana??

Banyak yang sudah paham ya, ketika kita menabung, atau SEKEDAR MENABUNG yang terkadang tidak pasti nominal tiap bulannya, uang yang kita tabung tidak dapat mengikuti inflasi, padahal biaya sekolah yang berinflasi setiap tahun, bisa-bisa tidak menjangkau keuangan kita. Pilihannya antara menurunkan standart atau berhutang. 

Berhutang bukanlah solusi, bagi kami berhutang itu akan menambah masalah. Terbiasa berhutang, esok hari akan terus bertambah berhutang dan berhutang.

Contohnya investasi untuk sekolah anak, disini biaya sekolah anak juga perlu ada sistem investasi, apalagi inflasi sekolah anak bisa lebih dari 30% pertahun. Sangat disarankan jika sudah memiliki standar atau tujuan sekolah anak sejak sebelum anak lahir atau bahkan sebelum Ibu hamil, dengan begitu akan semakin mudah merencanakan nilai investasi untuk anak masuk sekolah.

Nah perlu banget kan riset dari sekarang berapa uang masuk sekolah anak di sekolah inceran, lalu dihitung deh inflasinya dan kira-kira investasi apa yang cocok. Belum sampai disitu, pondasi keuangan keluarga tuh ribet ternyata, tapi nggak usah dibikin rumit! Saya akan lanjutakan dilain kesempatan yaaaa.. Ciaooo