Sok an banget sih mau pakai financial planner, sudah tajir
banget ya?
Ini di-AMIN-kan saja ya.
Saya sendiri dari sebelum nikah sudah sangat ingin
mengetahui bagaimana sih cara mengelola keuangan keluarga. Awalnya jika
saya
masih bekerja, pasti akan ada penggabungan dua gaji dari dua kepala dan
bingung bagaimana cara mengelolanya? Tapi kenyataannya, di awal
pernikahan saya sudah tidak
bekerja dan hanya mengandalkan gaji suami dan mudah-mudahan
pengelolaannya jadi
lebih sederhana.
Kami belum meng-hire financial planner dan masih keluarga muda yang sedang meraba alur dan pola
sistem keluarga *ngomongapasihgue*. Untuk itu sebuah pedoman yang harus menjadi PR kami adalah Earn, don't spend much, Save and Invest.
Kenapa sih saya segitunya banget sama hal keuangan? Bukan tentang
matrealistis, tapi realistis jika suami adalah karyawan swasta dan kami
bukan dari krezi rich Jakartan dan masih harus
menata keuangan untuk hari ini, hari esok dan hari-hari mendatang, maka
sebagai 'mentrik keuangan' di Keluarga Perkasa, saya jadi
tertantang untuk tahu lebih banyak!
Bersyukur hari ini masih dilimpahi umur, tenaga dan
kesehatan, maka alangkah lebih baiknya jika empat hal yang saya tebalkan
diatas harus mulai
diterapkan. Karakter suami saya sangat melengkapi kami, beliau selalu
mengingatkan untuk jangan boros dan tidak membeli hal-hal yang tidak
penting, juga mengingatkan tentang Save and Invest.
Jadi ceritanya saya ingin menerapkan financial planning dengan mencoba menemui Konsultan Keuangan. Errrrrr.....
Dari pertemuan bersama konsultan keuangan atau financial planner
tersebut , saya ditanya oleh
dua orang financial planner, “Kenapa, ada keperluan apa kemari?” Saya
jawab, “Apakah keuangan keluarga kami aman dengan segala perhitungan dan
tabungan yang kami miliki?”
Lalu dari dua jam pertemuan dengan dua orang financial planner, mereka mencari tahu tentang latar belakang keuangan saya dan disimpulkan hal-hal dasar yang diperlukan dalam benteng keuangan keluarga.
Lalu dari dua jam pertemuan dengan dua orang financial planner, mereka mencari tahu tentang latar belakang keuangan saya dan disimpulkan hal-hal dasar yang diperlukan dalam benteng keuangan keluarga.
Disini saya akan sedikit bocorkan tentang latar belakang keluarga
kami yaitu, memiliki penghasilan dari satu kepala, tidak memiliki kartu kredit, hanya menggunakan satu rekening bank aktif dan
memiliki tanggungan satu orang anak yang masih balita, belanja kehidupan sehari-hari masih dalam
batas wajar hanya saja istri masih terlalu sering GoFood dan bukan pengguna
GoPay.
Maka dari latar belakang tersebut, yang kami perlu kembangkan adalah Investasi.
Kok investasi, kalau menabung aja gimana??
Maka dari latar belakang tersebut, yang kami perlu kembangkan adalah Investasi.
Kok investasi, kalau menabung aja gimana??
Banyak yang sudah paham ya, ketika kita menabung, atau SEKEDAR MENABUNG
yang terkadang tidak pasti nominal tiap bulannya, uang yang kita tabung
tidak dapat mengikuti inflasi, padahal biaya sekolah yang berinflasi
setiap tahun, bisa-bisa tidak menjangkau keuangan kita. Pilihannya
antara menurunkan standart atau berhutang.
Berhutang bukanlah solusi, bagi kami berhutang itu akan menambah
masalah. Terbiasa berhutang, esok hari akan terus bertambah berhutang
dan berhutang.
Contohnya investasi untuk sekolah anak, disini biaya sekolah anak juga perlu ada sistem investasi, apalagi inflasi sekolah anak bisa lebih dari 30% pertahun. Sangat disarankan jika sudah memiliki standar atau tujuan sekolah anak sejak sebelum anak lahir atau bahkan sebelum Ibu hamil, dengan begitu akan semakin mudah merencanakan nilai investasi untuk anak masuk sekolah.
Nah perlu banget kan riset dari sekarang berapa uang masuk sekolah anak di sekolah inceran, lalu dihitung deh inflasinya dan kira-kira investasi apa yang cocok. Belum sampai disitu, pondasi keuangan keluarga tuh ribet ternyata, tapi nggak usah dibikin rumit! Saya akan lanjutakan dilain kesempatan yaaaa.. Ciaooo
Contohnya investasi untuk sekolah anak, disini biaya sekolah anak juga perlu ada sistem investasi, apalagi inflasi sekolah anak bisa lebih dari 30% pertahun. Sangat disarankan jika sudah memiliki standar atau tujuan sekolah anak sejak sebelum anak lahir atau bahkan sebelum Ibu hamil, dengan begitu akan semakin mudah merencanakan nilai investasi untuk anak masuk sekolah.
Nah perlu banget kan riset dari sekarang berapa uang masuk sekolah anak di sekolah inceran, lalu dihitung deh inflasinya dan kira-kira investasi apa yang cocok. Belum sampai disitu, pondasi keuangan keluarga tuh ribet ternyata, tapi nggak usah dibikin rumit! Saya akan lanjutakan dilain kesempatan yaaaa.. Ciaooo