Sabtu, 28 September 2019

Prenatal Gentle Yoga - Ikhtiar VBAC

 

Memiliki rutinitas sebagai Stay At Home Mom membuat saya lebih memerlukan olahraga untuk mendukung aktifitas fisik saya sehari-hari, terutama untuk mengurus anak. Sebelum hamil anak kedua ini, saya pernah mencoba senam zumba, namun waktunya kurang cocok karena kelas nya hanya ada di waktu malam dan sangat pagi dimana saya sulit untuk meninggalkan Kio. 

Sampai akhirnya di kehamilan trimester awal, saya selalu mengalami sakit sebulan sekali dan saya rasa, hamil bukanlah penghalang untuk bisa berolah raga, dengan harapan badan lebih bugar dan tidak sakit-sakitan. 

Setelah browsing olahraga apa yang cocok, saya mendapati bahwa olahraga yang boleh dilakukan untuk Ibu hamil adalah Prenatal Gentle Yoga. PG Yoga ini bisa dilakukan di usia kehamilan mulai 20 minggu dan di usia kehamilan 20 minggu itu pula saya langsung mencari tempat PG Yoga area Bekasi atau Jakarta Timur. 

Sebuah klinik bersalin di Jakarta Timur menyelenggarakan PG Yoga setiap minggu dengan instruktur seorang bidan muda yang sejak pertama kali mengikuti kelas, membuat saya enjoy dengan kelas tersebut. Kelas yang awalnya saya memilih jam 9 agar tidak terlambat dengan jarak yang jauh, ternyata mengikuti kelas jam 7 pagi lebih menyenangkan. Ketika saya pulang, Kio baru akan bangun, lalu berangkat dan pulang udara Jakarta juga masih bersih, sungguh hal yang selalu saya tunggu.

Manfaatnya sungguh signifikan untuk saya pribadi, saya jadi tidak

sakit dan merasa lebih bugar. Sembilan puluh menit, seminggu sekali, sangat bermanfaat. Belum lagi manfaatnya untuk si jabang bayi, posisinya juga selalu bagus yaitu kepalanya sudah dibawah di usia kehamilan saya 26 minggu. Di kelas PG Yoga juga saya mendapatkan teman-teman seperjuangan yang sama-sama menginginkan proses melahirkan normal walaupun dengan provider yang berbeda.

Sabtu, 21 September 2019

Mudik Trip ke Padang di Kehamilan 4 Bulan Bersama 1 Balita

 

Di usia kehamilaan 4 bulan kemarin kami sekeluarga melakukan mudik trip ke Padang. Bagi kami ini adalah pengalaman luar biasa. Kami hanya pergi bertiga saja, karena mobil kami bukan lah mobil besar yang cukup membawa banyak barang, apalagi kalau sudah ada orang dewasa ikut, kaki saya saja sampai keram ketika rekan suami sekeluarga ikut berlibur ke Bukittinggi dengan jarak tempuh 3 jam dari Padang.

Suami saya baru sekitar 1 tahunan bisa menyetir mobil, paling jauh yang kami pergi baru ke Bandung. Saat itu saya sedang kondisi Hamil muda dan harus mengurus balita kami usia 2 tahun.


Jadi, kami berangkat H-4 lebaran, di mana perkiraan waktu tempuh kami sekitar 3 Hari dengan single driver yaitu Ayah Kio. Mengingat ada Ibu hamil dan Balita, kami melakukan perjalanan dengan santai dan kalau malam tiba kami akan menginap dipenginapan

Bersyukur, keberangkatan kami mudik minim kendala, dengan hanya mengandalkan gmaps dan mencoba Tol Sumatra, Ayah Kio menyetir, saya dan Kio terlelap . Bagaimana dengan Kio saat perjalanan? Pastinya balita 2 tahun ini mengalami bosan, dan jika bosan itu datang, Ia rewel namun tidak lama dia mengantuk. Mudah sekali bagi Kio untuk tidur di mobil. 

Kio tidak pernah mau tidur berbaring dibelakang, dia hanya mau didekap oleh saya, saya lumayan kelelahan memangkunya karena yang diperut juga tertekan. Malam pertama kami menginap di kapal, lalu Hari selanjutnya bermalam di daerah Lahat. Istirahat sampai badan lumayan bertenaga dan melanjutnya perjalanan tanpa bermalam lagi dipenginapan karena tujuan kami sudah dekat ke Padang. 

Senjata untuk Kio tentunya mainan, cemilan, dan kalau sudah kepepet ya YouTube. Sedihnya memang kebanyakan YouTube, kalau di restoran Ia tidak bisa diam dan kami sudah lelah, YouTube is the best nanny for him. 

Ketika Hari kepulangan kami ke Jakarta datang, kami sempatkan untuk berlibur sejenak ke beberapa tempat di Sumatra Barat dengan mengajak temannya Ayah Kio beserta istri anaknya menggunakan mobil kami yang kecil itu. Sayang nya kami terlalu santai dan ketika waktu sudah mepet untuk balik ke Jakarta kami terburu-buru. Ditambah lagi perjalanan pulang tidak selancar perjalanan berangkat. Tol Sumatra sudah tutup, posisi kami sedang di Palembang dan harus buru-buru pulang supaya Ayah Kio bisa kembali bekerja tepat waktu. 

Perjalanan pulang ke Jakarta, kami tempuh dengan sangat lelah sekaligus trauma, karena perjalanan yang tidak menggunakan tol Sumatera tersebut, membuat kami memutar-mutar cari jalan. Saya pun ikut begadang karena ketakutan dengan kondisi jalan non-tol yang menyeramkan. Tapi ketakutan saya tidak berpengaruh, saya tetap ketiduran dan Ayah Kio menghadapi jalan gelap sendirian. 

Ayah Kio bilang, selama saya tidur, kondisi jalan semakin parah dan gelap. Kami sempat menemui kemacetan yang sangat panjang akibat jembatan yang hampir putus dan sulit dilewati. Jika pengalaman ini akan diulang, tentu saya akan berpikir berkali-kali, mengingat ketika ada adik Kio, saya tidak mau menambah kesulitan, apalagi sebenarnya biaya mudik trip kami lebih besar daripada membeli tiket pesawat. Yha anggap saja pengalaman kemarin adalah membeli pengalaman sebelum si nomor dua lahir.

Jumat, 13 September 2019

Kio dan Kelas Montessori di Sunny Glow Bekasi

Semenjak hamil adik Kio, saya tidak lagi membawa Kio ke kelas Kindy Cloud di Jakarta. Tapi, sudah lama saya mengincar kelas montessori untuk Kio. Bersyukur kelas montessori tersebut ada di daerah Bekasi walaupun yang bisa per visit ini lumayan jauh dari rumah (maklum Ibu Kio sudah lemah).
Kio mengikuti kelas montessori pertamanya di Sunny Glow Harapan Indah Bekasi. Kio mengambil kelas di siang hari, dimana biasanya itu jam tidur siang anak, jadilah kelas tersebut menjadi kelas private buat Kio. Kio bermain sendirian dengan dua orang Miss.
Di awal kelas Kio masih kaget, karena tidak ada teman, dan ketika kedua Miss bernyanyi dan menari, Kio malah memeluk saya erat-erat, untung nya dia tidak menangis dan butuh beberapa waktu untuk melepasnya belajar dengan para Miss.

Setelah lumayan butuh ice breaking, akhirnya Kio tersadar bahwa di depan ada banyak mainan. Mainan-mainan tersebut merupakan mainan edikasi berbasis montessori. Kio dibebaskan memilih mainan yang ingin dia mainkan.

Awalnya Kio bingung dengan berbagai macam mainan disana, sedangkan sistem belajar montessori tersebut menggunakan metode satu-persatu agar anak tetap fokus akan hal yang Ia kerjakan. Jadi, ketika anak mengambil satu permainan, Ia harus mengambilnya di masing-masing alas, dan ketika sudah selesai, harus mengembalikannya lagi untuk mengganti permainan.

Walaupun belum ada temannya, Kio sangat menikmati kelas tersebut, Ia menemukan mainan favoritnya yaitu binatang-binatang perternakan sampai susah beranjak dari ke mainan lain. Kedua Miss disana juga sangat atraktif, baik dan sabar, jadinya saya hanya duduk menyimak tanpa harus kelelahan.

Sepertinya Kio akan kembali ke kelas ini dengan kelas yang lebih pagi agar bisa bertemu teman lainnya sambil melihat ada perkembangannya untuk Kio.