Kamis, 31 Oktober 2013

Si Anak Abon


Jadi sudah pernah aku cerita tentang Personal Branding. Nggak tahu kenapa branding yang aku miliki selalu ajaib dan ajaib terus. Aku juga sudah pernah cerita tentang pekerjaan baru sekarang. Lagi-lagi branding baru tercipta disini.

Berawal dari masalah makan siang. Teman-teman kantor yang setengahnya adalah anak rumahan, mereka selalu bawa bekal dari rumah. Aku yang jadi anak kostan begini dan anti warteg jadi nggak punya bekal apa-apa.

Sebelumnya tahun lalu, saat aku kerja yang lokasinya di apartment, aku udah suka bawa abon beserta nasi sebagai makan siang. Cuma pada saat itu, teman kantorku Cuma ada 3 orang dan mereka tidak terlalu memperdulikan bekalku itu.
Sekarang, dikantor baru ini aku kembali membawa ide tersebut. Buatku, nasi hangat berlimpah abon itu saja sudah cukup untuk makanku. Bahkan aku tidak suka jika abon harus di campur apa-apa. Dan sejak kecil aku juga bukan pemakan segala yang mengharuskan makan dengan banyak lauk which is 1 lauk saja cukup.

Aku minta Ibu untuk membelikan abon setiap minggunya agar aku bisa bawa kekostan untuk bekal aku. Jadi hal tersebut mempermudah aku untuk tidak pusing-pusing cari lauk saat sarapan ataupun makan siang. Selain itu kan aku juga bisa berhemat.

Kebiasaan aku itu menjadi kehebohan teman-teman kantor yang sekarang menjulukiku “Si Anak Abon”.  Sering kali dengan baik hati mereka mempersilhakan aku untuk mengambil bekal mereka. Tapi aku menolak karena tidak suka mencampur nasi abonku dengan makanan lain, lalu mereka akan bersorak “HAHA Dasar Anak Abon”dan  aku hanya tertawa.

Jojo, salah satu temanku berujar, “Iya, kalau fiduy itu bukan nasi pake abon, tapi Abon yang di kasih nasi” =))) HAHAHHAHA

Setiap bulan ada pertemuan komunitas di kantor. Anggotanya lebih dari 30 orang. Sebagai anak baru di kantor, aku diperkenalkan mereka di depan ruangan oleh Bos ku. Setelah memperkenalkan diri, beberapa orang dipersilahka bertanya padaku. Jojo ikut bertanya saat itu dan menanyakan pertanyaan mematikan untukku.

“Makan siang favorit kamu apa sih?”
Aku tertawa mendengar hal itu, harus ya aku berkata jujur di depan mereka?
Menyelesaikan tawaku sendiri lalu aku bercerita kepada mereka tentang imageku itu di depan boss ku dan 30 lebih orang. Untung urat malu udah nggak ada, jadi mendengar tertawa mereka akupun hanya ikut tertawa.

Aku tidak risih dengan brandingku itu, bahkan aku menaruhnya dalam bio twitter ku :D

Selasa, 01 Oktober 2013

Anak Kos dan Kehidupan Sederhana

Sedari kecil, gue nggak di biasain tidur sendiri. Pernah, tapi nggak berlangsung lama pasti gue bergabung lagi dengan adik-adik gue untuk ngumpul tidur sekamar. Apalagi pasca bokap meninggal dunia awal tahun 2011, Nyokap, gue dan adik-adik ngumpul satu kamar selama lebih dari setahun.

Sampai akhirnya dipertengahan tahun 2012 gue minta kamar sendiri sebelum kelak gue akan menikah. Ihiiy :D Nyokap setuju dan menyediakkan empat kamar yaitu untuk nyokap sendiri, gue, dan 2 adik gue. Sempet kasian si kalo nyokap musti balik ke kamar lama tempat kenangan sama bokap. Tapi untungnya nyokap udah jauh lebih baik dan biasa aja.

Sekarang di pekerjaan baru malah mengharuskan untuk nggak tinggal dirumah alias punya kamar baru yang harus sewa alias ngekooos!

Ya! Harus di coba, pengalaman baru perjalanan baru!

Ngekos mengharuskan gue untuk lebih-lebih mandiri yaitu bisa tinggal jauh dari keluarga. Sebelumnya nggak pernah terbayangkan untuk kerja di Jakarta juga tapi harus kost!

Jarak kantor di Jakarta Barat sangat berjauhan dengan rumah gue yang Jakarta Timur. Apalagi macetnya Ibukota yang nyolot banget. Fiks, sejak keputusan diterima dan menerima pekerjaan ini, gue  harus banget ngekos.

Pencarian Kos
Dulu jaman kuliah cuma bantuin temen nyari kostan, itupun nggak sampe nemu. Ternyata, pencarian kostan itu tidak mudah. Awalnya gue berfikir setengah hari aja bakal ketemu. Tapi nyari kostan juga hampir sama kaya nyari pekerjaan yang cocok atau bahkan jodoh yang cocok *backsound lagu Afgan Jodoh Pasti Bertemu*. Banyak banget yang musti dipertimbangkan.


*Selipan Tips*
1. Apakah biaya kost sudah termasuk listrik?
2. Air kamar mandi mengalir deras
3. Lingkungan (terjangkau dari toko makanan&supermarket)
4. Ibu Kost yang baik hati nggak judes
5. Membandingkan harga dengan tempat kostan lain
6. Sinyal HP bekerja dengan baik

Setelah dapet nominasi, harus memilih dengan minta petunjuk ahli nujum jadi lumayan lama juga karna feng shui juga harus diperhitungkan *yakalik* :D, sekalian milih tanggal dan hari baik pindahan, banyak kaaaan whahahhaa

Roomate
Bersyukur gue punya roommate, jadi gue nggak harus ngekos sendiri. Sebagai anak kos pemula gue takut kenape-nape. Hehee.. Makanya ada pertimbangan jarak kantor gue and kantor roommate dalam nentuin kostan yang pas!

Gue dan roommate ini udah kenal selama 11 tahun dan sebelumnya kita sudah bersahabat walaupun saat kuliah dan setelah gue pindah SMA kita jadi loose contact, namanya Laura ato bisa di panggil Lau’ atau lebih akrab panggil aja si dunguk 8)))

Lau' baru aja kelar pasca sarjana awal tahun, dan saat gue jadi freelancer gue suka main ke kampusnya yang di Bogor itu. Sampai akhirnya dia lulus dan kita sama-sama nyari pekerjaan.

Gue dan Lau’ saling support dalam mencari pekerjaan. Dia suka nemenin gue, gue pun kalau dia butuh temen akan gue temenin. Saat gue down, dia salah satu orang yang bersama gue untuk kasih support juga. Dialah teman gue berkeluh kesah. Gue juga udah pernah cerita disini seberapa sering gue spent time sama Lau’. Sampai akhirnya Lau’ dapet kerja duluan di Jakarta Barat.

Saat Lau’ udah dapet kerja, gue lumayan ngerasa kehilangan. Di saat itu gue sedang sangat hopeless dalam mencari pekerjaan. Beberapa minggu setelah Lau’ bekerja ditempat barunya, ternyata gue juga dapat panggilan di kantor yang letaknya nggak jauh dari tempat dia bekerja. Setiap gue selesai interview, gue selalu nyamperin dia untuk bisa pulang bareng dan cerita tentang interview yang gue lalui.

Lau’ adalah pendengar yang baik, dia selalu dengerin dan nanya balik semua cerita gue. Dia juga doain gue supaya bisa diterima ditempat itu. Dan finally gue diterima di tempat sekarang ini gue jalanin. Gue kerja tepat dua bulan setelah dia diterima kerja, di tanggal yang sama pula. Beruntung gue juga udah pernah kenal sama teman-teman kantor Lau’ jadi itu bikin gue ngerasa banyak kebetulan-kebetulan yang gue anggap rencana Allah yang istimewa buat gue.

Kehidupan Dikostan
Nggak tau apa jadinya kalo cuma sebatang kara di kostan. Sepulang kerja tentu gue langsung balik ke kostan dan berjumpa si roommate. Nyari makan malam bareng, ketawa-ketawa, cerita nggak ada habisnya.

Setiap hari kami selalu berbagi cerita tentang kantor. Yang gue seneng dari si roommate, dia selalu senang mendengar semua cerita-cerita gue dikantor dan menanyakan banyak hal, begitu sebaliknya. Dengan cerita seperti itu kami menjadi seperti mengenal teman-teman kantor masing-masing.

Kami lumayan sering menjelajah daerah jajahan baru ini, sampe sering nyasar-nyasar. Semua daerah sekitaran Kebon Jeruk kami pelajari bersama si bieta (my lovely bicycle). Kami menghafal tempat-tempat makanan, ATM, dan Laundry secara seksama tapi sampai sekarang belum ada tempat favorite.

Bangun pagi, kamar kostan kadang udah riuh dengan ributam kami. Tunggu-tungguan kamar mandi, nyatok bareng dan berangkat kekantor masing-masing. Malam hari, kalau sedang bosan dikostan kami jalan-jalan atau nongkrong. Berhubung nggak punya TV, kami lebih suka pergi keluar dan mencari mangsa orang-orang aneh yang bisa jadi bahan rumpian. Ketawa-ketawa dan hati menjadi bahagia.

Daerah kostan kami lumayan ramai. Ibu-bapak kost pun sering terlihat stand by di depan rumah mereka dan bikin gue belajar ramah ke banyak orang. Sayangnya, dari dua belas pintu kostan, kami berdua belum pernah berinteraksi dengan tetangga kostan satupun. Nanti aja pas valentine gue bagiin coklat ke mereka kali ya *caper* *coklatnya coki-coki doang* :D

Oh ya, dulu waktu pertama kali pindah kostan, 2 wanita stress bernama fiduy and Lau' ini berbelanja di 3 supermarket yang berbeda, mulai dari bantal guling, gantungan baju, teh, gula, sabun dll. Berangsur-angsur ternyata banyak sekali kebutuhan yang tetiba harus kita beli seperti kasur baru, hair dryer, teko air, magic com. Hampir berangsur-angsur kita penuhi kebutuhan tersebut tapi untuk yang kasur dan teko air belum ke beli beli sampe sekarang. Hiks.

Banyak kejadian lucu juga selama jadi anak kostan. Mulai dari ribet cari makan sendiri, cucian baju gimana, bebenah dan buang sampah.. Hmm.. untung berdua, kalo sendiri nggak selera banget ngerjain semuanya kalik. HAHAHAHA

So far, kehidupan kostan gue yang sederhana ini 'lumayan membahagiakan' karna bahagia itu relatif kan, hehehe. Beberapa orang yang melihat kostan kecil kami agak sanksi gitu dengan kebahagian yang kami miliki, Tapi buktinya gue happy. Dan sekali lagi bersyukur atas adanya roommate gue yang menurut gue, She is such an angel lah *pereus*=P

Doakan ya semoga kami betah dan terus akur. Walaupun gue juga nggak tahu, agaknya roommate kurang betah ama dunia kantornya sekarang dan nggak tahu bakalan bertahan sampe kapan dia berkantor di Jakarta Barat :D