Tampilkan postingan dengan label wanita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wanita. Tampilkan semua postingan

Minggu, 25 Agustus 2019

My VBAC Journey

 


Pertama yang menjadi pertanyaan, mengapa dikehamilan pertama saya harus operasi? Jawabannya, karena saya kurang informasi dan usaha. Lalu saya juga terlalu panik karena Hari Perkiraan Lahiran (HPL) adalah sewaktu libur lebaran, dimana saya takut dokter-dokter pada cuti. Akhirnya ketika seminggu sebelum lebaran, saya pecah ketuban dan dokter juga langsung menindak saya untuk operasi caesar.

Usia kehamilan diatas 20 minggu, saya mendaftarkan diri untuk mengikuti kelas Prenatal Gentle Yoga sambil approach ke senior bidan penyelenggara yoga tersebut untuk membantu saya melahirkan. Sayangnya tidak pernah jodoh dengan beliau, chat terakhir saya tidak dibalas dan saya juga sudah lelah jika harus mengejar beliau karena jarak praktek pun jauh dari rumah.  Bidan tersebut memang rekomendasi google dan mungkin sudah terlalu banyak pasien. Rencananya berikutnya saya mencari dokter pro-normal di Bekasi.

Saya mendapatkan rekomedari dari seorang teman untuk konsultasi dengan dr.Henny Sp.OG di RS Sam Marie Basra daerah Pondok Bambu Jakarta Timur yang tidak jauh dari rumah Ibu saya. Tidak banyak review tentang dokter dan rumah sakit tersebut. Beliau juga tidak kunjung praktek disaat saya sudah sangat butuh untuk kontrol kehamilan karena sudah lebih dari sebulan.

Sampailah saya pada dr.Yuditiya yang berpraktek di RS Hermina Bekasi, beliau adalah seorang dokter Fetomaternal yang banyak direkomendasikan di google. Beliau memang seorang dokter ahli dengan pasien yang sangat banyak. Sekali konsultasi juga dengan nominal yang lumayan mahal dan obat yang beliau berikan pun mahal. Pendapat saya tentang beliau, beliau adalah dokter ahli yang baik dan sangat menenangkan. Keluar dari ruang praktek pun saya merasa tenang karena tanggapan beliau tentang kasus saya. Saya memiliki riwayat caesar dengan usia anak baru 2 tahun, tapi beliau sangat positif, berbeda sekali dengan dokter yang pernah saya temui di awal kehamilan yang langsung mendiagnosa bahwa saya akan kembali di operasi caesar.

Namun ada hal yang masih mengganjal saya untuk kembali ke dr.Yuditiya, yaitu antrian yang panjang membuat saya merasa diburu-burui untuk konsultasi dengan beliau, padahal biaya konsultasi tidak murah. Belum lagi obat yang diberikan menurut saya berlebihan dan cukup mahal dan sepertinya saya butuh opini dari dokter lainnya.

Bulan depan kehamilan saya sudah menginjak 7 bulan, rencananya saya akan ke RS Mitra Bekasi sebagai pilihan terakhir yaitu dengan dr.Lina yang juga sangat pro normal. Tetapi saya juga akan ke satu dokter di sebuah klinik kebidanan di Jatiwaringin sebagai perbandingan sambil saya tetap berusaha dengan mengikuti Prenatal Gentle Yoga. Saya akan kembali memberikan kabar tentang perjalanan saya bulan depan.. Terima kasih sudah menyimak :

Kamis, 22 Agustus 2019

Number Two Is On The Way

 

Menikah di usia yang cukup matang, tak lantas membuat saya ingin terburu-buru memiliki anak lebih dari satu. Menjadi stay at home mom dengan kegiatan mengurus satu anak yang sedang sangat aktif, mengurus suami dan rumah tanpa bantuan orang lain adalah hal yang sangat melelahkan. Apalagi saat ini sulit mencari assisten rumah tangga yang loyal dan bisa diandalkan, untuk itu saya belum berpikir untuk mendapatkan anak kedua..

Tetapi karena menunda menggunakan alat kontrasepsi, hal yang saya takuti malah menghampiri. Saya kembali diberi rezeki untuk hamil anak kedua. Sungguh saya bingung dan kurang bahagia. Setidaknya saya siap disaat anak pertama nanti menginjak usia 3 tahun yang berarti saya masih punya waktu satu setengah tahun untuk memberdayakan diri. Riwayat operasi Caesar juga masih membuat saya trauma.

Berbeda sekali dengan kehamilan pertama, di usia kehamilan menginjak 20 minggu, saya baru memulai untuk minum vitamin kehamilan karena mual dan pusing sering menyerang. Saya juga ikut kelas prenatal yoga sebagai ikhtiar saya untuk melahirkan normal atau dinamakan VBAC (Vaginal Birth After Caesarian) .

Saat ini kehamilan saya sudah menginjak 6 bulan. Rasanya malah tidak sabar menyandang Ibu Dua Anak HAHA. Semua yang digariskan saya syukuri, karena ini adalah bagian dari rezeki. Saya akan memulai diary saya tentang "My VBAC Journey" disini, semoga konsisten ya.. See you 

Kamis, 21 Februari 2019

Membeli Rumah, Pikirkan Dulu Hal Ini!

 


Siapa sih yang tidak pingin punya rumah?

Saya pun kepingin banget punya rumah dan bersyukur bisa terkabul dengan proses singkat. Semenjak sebelum menikah, suami saya memang sudah merencakan untuk segera mempunyai rumah, tapi saya tidak sependepat dengan beliau karena takut menjadi beban untuk kami.

Ternyata, suami lumayan gencar untuk hunting rumah baru maupun second melalui internet. Sampai akhirnya saya yang kala itu sedang hamil berpikir, jika sudah punya anak nanti alangkah baiknya untuk tidak lagi mengontrak rumah dan mulai menetap.

Mengingat jika nanti anak-anak kami sudah sekolah, pastinya hal ini juga menjadi bahan pemikiran penting untuk memiliki rumah pribadi disebuah lokasi. Berarti masih punya banyak waktu untuk mulai memiliki rumah dan menetap ketika anak sudah mulai masuk TK atau SD.

Pencarian rumah kami tidak menunggu tahun demi tahun, tapi disaat saya hamil tersebut kami sudah mulai survei dengan budget nekat. Disini saya ingin berbagi betapa bukan nominal yang kecil untuk bisa memiliki rumah, apalagi rumah yang akan kita tinggali bersama keluarga tercinta dalam waktu jangka panjang. Untuk itu ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk memilih rumah dengan segala pertimbangan, persiapan dan hindari tergesa-gesah.

Pertama, yang harus dilakukan adalah memperkirakan berapa harga rumah yang akan dibeli. Apabila kita ingin membeli dengan cara kredit, maka harus diperkirakan berapa dana yang akan kita pakai untuk mencicil kredit tiap bulannya, diusahakan tidak lebih dari 30% dari gaji bulanan. Mengingat harga pergerakan rumah yang terus naik, ada baiknya mempertimbangkan apakah lebih baik membeli atau mengontrak saja dulu, karena mempunyai rumah bukan perkara gengsi tapi kesanggupan.

Kini harga tanah di area Jakarta sangat tidak terjangkau untuk para milenial dengan pendapatan menengah apalagi dengan kebutuhan hidup yang cukup banyak. Di pameran rumah 2017 kemarin, kami menemukan rumah dibawah 1 Milyar di daerah Cinere perbatasan Jakarta Selatan dan Depok yaitu sekitar 800 juta dengan luas tanah 60 meter, entah tahun ini sudah berapa.

Berdasarkan perkiraan diatas, kami mencari area pinggiran Jakarta yaitu area Depok, Bekasi, Tangerang dan sekitarnya, dengan kisaran harga 500juta an dengan tipe minimal 54 atau luas tanah 72 meter.

Kedua, mempersiapkan biaya DP Rumah minimal 30% dari harga rumah, semakin besar semakin bagus atau kalau mampu cash lebih beruntung sekali. Jika tabungan baru menembus angka tiga dijit jangan tergesa-gesa mencari rumah, lebih baik nabung lebih banyak karena pikirkan juga untuk dana darurat, mengisi interior, belum lagi standart bawaan rumah developer yang terkadang butuh di upgrade, sungguh bukan biaya sedikit. Sekali lagi, beli tergesah-gesah sama sekali tidak menguntungkan.

Setelah keduanya dirasa cukup, lalu yang perlu dilakukan adalah menetapkan lokasi. Disini akhirnya kami memilih Bekasi karena jarak ke rumah Ibu saya lebih dekat, ada akses kereta dan masih dekat ke lokasi kantor suami.

Maka dengan pengalaman satu setengah tahun menempati rumah yang kami miliki sekarang, ternyata bukan hanya tiga hal diatas yang berkaitan, ada hal lain yang perlu dicermati apalagi membeli rumah inden seperti saya dimana kita belum lihat pasti wujud dari rumah yang akan kita beli dan tinggali;

1. Kondisi lingkungan rumah apakah banjir atau tidak?
2. Apakah developernya betul-betul amanah dengan memberikan kualitas bangunan rumah sesuai harga?
3. Kejelasan kapan Surat Hak Milik tanah akan diserahkan?
4. Berapa lama masa garansi apabila terjadi kerusakan bangunan?
5. Apakah air dan listrik bekerja dengan baik?
6. Akses atau jarak dari rumah menuju kantor dan sekolah anak.

Selebihnya kita juga patut berdoa agar mendapatkan tetangga yang baik-baik.:)

Jumat, 08 Februari 2019

Earn, Save and Invest

 

Penasaran dan kepo sepertinya adalah sifat dasar dari kebanyakan wanita.  Blog ini akan berisi tentang segala hal dari rasa penasaran saya kepada banyak hal. Contohnya adalah penasaran atau kepo tentang seberapa penting sih Financial Planner untuk sebuah keluarga? 

Sok an banget sih mau pakai financial planner, sudah tajir banget ya?
Ini di-AMIN-kan saja ya.

Saya sendiri dari sebelum nikah sudah sangat ingin mengetahui bagaimana sih cara mengelola keuangan keluarga. Awalnya jika saya masih bekerja, pasti akan ada penggabungan dua gaji dari dua kepala dan bingung bagaimana cara mengelolanya? Tapi kenyataannya, di awal pernikahan saya sudah tidak bekerja dan hanya mengandalkan gaji suami dan mudah-mudahan pengelolaannya jadi lebih sederhana.

Kami belum meng-hire financial planner dan masih keluarga muda yang sedang meraba alur dan pola sistem keluarga *ngomongapasihgue*. Untuk itu sebuah pedoman yang harus menjadi PR kami adalah Earn, don't spend much, Save and Invest.

Kenapa sih saya segitunya banget sama hal keuangan? Bukan tentang matrealistis, tapi realistis jika suami adalah karyawan swasta dan kami bukan dari krezi rich Jakartan dan masih harus menata keuangan untuk hari ini, hari esok dan hari-hari mendatang, maka sebagai 'mentrik keuangan' di Keluarga Perkasa, saya jadi tertantang untuk tahu lebih banyak!

Bersyukur hari ini masih dilimpahi umur, tenaga dan kesehatan, maka alangkah lebih baiknya jika empat hal yang saya tebalkan diatas harus mulai diterapkan. Karakter suami saya sangat melengkapi kami, beliau selalu mengingatkan untuk jangan boros dan tidak membeli hal-hal yang tidak penting, juga mengingatkan tentang Save and Invest.

Jadi ceritanya saya ingin menerapkan financial planning dengan mencoba menemui Konsultan Keuangan. Errrrrr.....

Dari pertemuan bersama konsultan keuangan atau financial planner tersebut , saya ditanya oleh dua orang financial planner, “Kenapa, ada keperluan apa kemari?” Saya jawab, “Apakah keuangan keluarga kami aman dengan segala perhitungan dan tabungan yang kami miliki?”

Lalu dari dua jam pertemuan dengan dua orang financial planner, mereka mencari tahu tentang latar belakang keuangan saya dan disimpulkan hal-hal dasar yang diperlukan dalam benteng keuangan keluarga.

Disini saya akan sedikit bocorkan tentang latar belakang keluarga kami yaitu, memiliki penghasilan dari satu kepala, tidak memiliki kartu kredit, hanya menggunakan satu rekening bank aktif dan memiliki tanggungan satu orang anak yang masih balita, belanja kehidupan sehari-hari masih dalam batas wajar hanya saja istri masih terlalu sering GoFood dan bukan pengguna GoPay. 

Maka dari latar belakang tersebut, yang kami perlu kembangkan adalah Investasi.
Kok investasi, kalau menabung aja gimana??

Banyak yang sudah paham ya, ketika kita menabung, atau SEKEDAR MENABUNG yang terkadang tidak pasti nominal tiap bulannya, uang yang kita tabung tidak dapat mengikuti inflasi, padahal biaya sekolah yang berinflasi setiap tahun, bisa-bisa tidak menjangkau keuangan kita. Pilihannya antara menurunkan standart atau berhutang. 

Berhutang bukanlah solusi, bagi kami berhutang itu akan menambah masalah. Terbiasa berhutang, esok hari akan terus bertambah berhutang dan berhutang.

Contohnya investasi untuk sekolah anak, disini biaya sekolah anak juga perlu ada sistem investasi, apalagi inflasi sekolah anak bisa lebih dari 30% pertahun. Sangat disarankan jika sudah memiliki standar atau tujuan sekolah anak sejak sebelum anak lahir atau bahkan sebelum Ibu hamil, dengan begitu akan semakin mudah merencanakan nilai investasi untuk anak masuk sekolah.

Nah perlu banget kan riset dari sekarang berapa uang masuk sekolah anak di sekolah inceran, lalu dihitung deh inflasinya dan kira-kira investasi apa yang cocok. Belum sampai disitu, pondasi keuangan keluarga tuh ribet ternyata, tapi nggak usah dibikin rumit! Saya akan lanjutakan dilain kesempatan yaaaa.. Ciaooo