Di usia kehamilaan 4 bulan kemarin kami sekeluarga melakukan mudik trip ke Padang.
Bagi kami ini adalah pengalaman luar biasa. Kami hanya pergi bertiga
saja, karena mobil kami bukan lah mobil besar
yang cukup membawa banyak barang, apalagi kalau sudah ada orang dewasa
ikut, kaki saya saja sampai keram ketika rekan suami sekeluarga ikut
berlibur ke Bukittinggi dengan jarak tempuh 3 jam dari Padang.
Suami saya baru sekitar 1 tahunan bisa menyetir mobil, paling jauh yang
kami pergi baru ke Bandung. Saat itu saya sedang kondisi Hamil muda dan
harus mengurus balita kami usia 2 tahun.
Jadi, kami berangkat H-4 lebaran, di mana perkiraan waktu tempuh kami
sekitar 3 Hari dengan single driver yaitu Ayah Kio. Mengingat ada Ibu
hamil dan Balita, kami melakukan perjalanan dengan santai dan kalau
malam tiba kami akan menginap dipenginapan.
Bersyukur, keberangkatan kami mudik minim kendala, dengan hanya
mengandalkan gmaps dan mencoba Tol Sumatra, Ayah Kio menyetir, saya dan
Kio terlelap . Bagaimana dengan Kio saat perjalanan? Pastinya balita 2
tahun ini mengalami bosan, dan jika bosan itu datang, Ia rewel namun
tidak lama dia mengantuk. Mudah sekali bagi Kio untuk tidur di mobil.
Kio tidak pernah mau tidur berbaring dibelakang, dia hanya mau didekap
oleh saya, saya lumayan kelelahan memangkunya karena yang diperut juga
tertekan. Malam pertama kami menginap di kapal, lalu Hari selanjutnya
bermalam di daerah Lahat. Istirahat sampai badan lumayan bertenaga dan
melanjutnya perjalanan tanpa bermalam lagi dipenginapan karena tujuan
kami sudah dekat ke Padang.
Senjata untuk Kio tentunya mainan, cemilan, dan kalau sudah kepepet ya
YouTube. Sedihnya memang kebanyakan YouTube, kalau di restoran Ia tidak
bisa diam dan kami sudah lelah, YouTube is the best nanny for him.
Ketika Hari kepulangan kami ke Jakarta datang, kami sempatkan untuk
berlibur sejenak ke beberapa tempat di Sumatra Barat dengan mengajak
temannya Ayah Kio beserta istri anaknya menggunakan mobil kami yang
kecil itu. Sayang nya kami terlalu santai dan ketika waktu sudah mepet
untuk balik ke Jakarta kami terburu-buru. Ditambah lagi perjalanan
pulang tidak selancar perjalanan berangkat. Tol Sumatra sudah tutup,
posisi kami sedang di Palembang dan harus buru-buru pulang supaya Ayah
Kio bisa kembali bekerja tepat waktu.
Perjalanan pulang ke Jakarta, kami tempuh dengan sangat lelah sekaligus
trauma, karena perjalanan yang tidak menggunakan tol Sumatera tersebut,
membuat kami memutar-mutar cari jalan. Saya pun ikut begadang karena
ketakutan dengan kondisi jalan non-tol yang menyeramkan. Tapi ketakutan
saya tidak berpengaruh, saya tetap ketiduran dan Ayah Kio menghadapi
jalan gelap sendirian.
Ayah Kio bilang, selama saya tidur, kondisi jalan semakin parah dan
gelap. Kami sempat menemui kemacetan yang sangat panjang akibat jembatan
yang hampir putus dan sulit dilewati. Jika pengalaman ini akan diulang,
tentu saya akan berpikir berkali-kali, mengingat ketika ada adik Kio,
saya tidak mau menambah kesulitan, apalagi sebenarnya biaya mudik trip
kami lebih besar daripada membeli tiket pesawat. Yha anggap saja
pengalaman kemarin adalah membeli pengalaman sebelum si nomor dua lahir.