Senin, 22 November 2021

Kegiatan Motorik Kasar Sepak Bola Untuk Balita

Kalau sudah melihat potensi anak, rasanya mama gatel juga ya daftarin ke sebuah klub sejak dini. Padahal kalau masih balita kan biasanya memang main-main saja. Kita belum tahu apakah memang betul itu potensinya atau bukan. Tapi kalau tidak dicoba kan kita tidak tahu.

 Kalau join ke klub rasanya di usia-usia Sekolah Dasar sudah lebih layak agar dananya tidak mubazir jika ditengah-tengah anaknya mendadak tidak mau ikut lagi. 

Gimana kalau usia balita tapi sudah hobi banget sepak bola? Ternyata di Jakarta dan sekitarnya, ada loh klub sepak bola untuk balita. 

Disini anak berlatih fokus, menendang ke titik yang sudah di tentukan. Kemarin anak saya bergabung di usia empat tahunan. Saya fikir, dia akan senang, karena saya merasa mata dan tubuhnya suka kurang fokus dan sering terjatuh.

Saya sudah membayar biaya registrasi sebesar Rp. 400.000,- dengan mendapatkan seragam belum termasuk spp di BSS for toddler.  BSS For toddler ini ada cabangnya disetiap wilayah. Fee nya Rp.500.000 untuk 4 sesi.

Bertahan 1 bulan, anak saya sudah tidak mau lagi mengikuti. Bilangnya sih nggak punya teman. Capek. Padahal kalau di rumah tenaganya tidak habis-habis. Tapi kenapa pas di lapangan luas malah wakwaaw. Awalnya saya berharap anak saya bisa enjoy. Karena fokus saya masih selalu di motorik anak, sebelum TK nanti belajar calistung.

Saya merekomendasikan BSS ini untuk aktifitas anak laki-laki, mungkin kalau kakaknya tidak mau, adiknya nanti berminat. Masih banyak juga olah raga anak-anak yang bisa diikuti seperti renang, sepatu roda, berkuda seperti Rafathar, memanah dan olah raga lainnya. Tapi anak saya masih mau main sepeda keliling komplek. Lain kali dicoba lagi klub yang lain. 

 

Senin, 15 November 2021

Tempat Belajar Mengaji di Bintara Jaya Bekasi

 Tahun sudah akan berganti, saya masih belum menginjakan jejak lagi di blog ini. Bersyukur pandemi mulai berangsur-angsur normal, walaupun kita juga harus tetap dengan segala macam alat perang. Masih selalu pakai masker, mencuci tangan atau membawa handsanitizer,dan menjaga jarak.

Gimana nih mom kelanjutan pencarian sekolah anak? Sudah lama banget saya tidak survei-survei lagi sekolah. Rencananya tahun depan (2022) anak saya mau masuk TK A. Sekarang anak saya mengikuti kelas mengaji, seperti TPA (Taman Pendidikan Al Quran). Alhamdulillah kalau biasanya kelas mengaji muridnya banyak, saya mendapatkan yang semi private, jadi masih ada teman-teman beberapa anak, supaya anak saya semangat mengajinya. Karena jujur saja, kalau di rumah, dia masih susah banget buat belajar. Mungkin saya memang tidak bisa mengajar.

 Saya mendapatkan info kelas mengaji ini dari tetangga. Anak tetangga tersebut, mengikuti kelas bimbingan belajar calistung lalu lanjut dengan kelas mengaji. Letaknya di jalan Bintara Jaya IX, masih satu alamat dengan rumah kami, bernama NR Educare. Pemilik NR Educare adalah Bunda Unnie, yang disana mengajar bersama adik-adiknya. Lokasinya didalam gang dan mentok, jadi anak-anak aman karena tidak bisa keluar-keluar dari rumah belajar tersebut.

Anak saya senang belajar disana, karena selain mengaji juga ada kegiatan motorik untuk anak. Bunda Unnie juga sangat peduli dengan perkembangan anak, sebelum bergabung, saya ditanyakan terlebih dulu untuk sejauh mana perkembangan anak saya, jadi belajarnya sesuai tahapan perkembangan anak.

Sedihnya bulan Desember nanti kami sudah terakhir tinggal di Bintara, saya telat mengetahui tempat belajar ini, terlebih kemarin juga masih takut untuk bergabung dengan kelas-kelas belajar offline. Semoga di tempat baru nanti kami juga bisa mendapatkan tempat belajar mengaji yang cocok untuk anakseperti di NR Educare.




Rabu, 28 April 2021

I am So Grateful

29 April 2021, 

 

hmm

Bulan ramadhan. Si bieta motor tua ku, selang tangki bensinnya sudah usang sampai harus diganti lagi dan lagi..

Bersyukur, walaupun bensin netes terus dan bieta sempat hilang kendali, saya nggak sampai jatuh dijalan raya dan nggak lagi sama si bocah yang selalu ikut kemana saya pergi. 

Sempat teriak, allahhu akbar, allahu akbar, kau masih lindungi hamba. 

Kemarin pun sempat kekunci dikamar mandi bertiga bocah, alhamdulillah Allah selalu bersama saya dan anak-anak. 

Terima kasih ya allah terima kasih. Kau selalu bersama kami, terima kasih alhamdulillah buat segala nikmatmu sampai hari ini. 

Kalau ada yang bilang aku tidak bersyukur, hanya engkau lah yang tahu bagaimana hambamu ini selalu bersyukur dan mengajarkan ke anak-anak bahwa itu semua pemberian penciptanya, dan jangan lupa untuk berterima kasih pada allah 💛

 

Selasa, 13 April 2021

Satu Tahun Pandemi

 halooooo

haloooooo

halooooooo

haloooooo


Lelah kalau ngomongin negativenya, pakai ilmu mindfull dan acceptance, hidup saya setahun belakang jadi lebih bahagia. Akhirnya setahun ini bisa ngelewatin ombak dan arus kencang. Sempat stress juga menghadapi anak dan suami, akhirnya bisa release karna allah dan diri sendiri.

Ada hal yang saya benar-benar pegang agar anak-anak saya tetap tumbuh sesuai dengan perkembangannya.  Awal-awal pandemi, anak-anak saya suguhkan menonton. Namun, saya tersadar karena anak kedua masih bayi, dan saya ingin setidaknya otaknya tidak terkontaminasi dengan tayangan televisi. Akhirnya saya memutuskan untuk menyimpan TV dan melakukan banyak kegiatan bersama anak-anak. 

Hasilnya? Saya kelelelahan. Pagi saya bermain sepeda keliling komplek perumahan, lalu bermain dengan teman-teman komplek sehari 2x. Hasilnya kami harus selalu keluar rumah. 

Akhirnya disaat anak kedua sudah usia 1 tahunan, saya kembali memberi tontonan ke anak-anak. Hanya sebatas tontonan televisi yang sederhana. 

Saya akui, tidak mudah membersamai anak-anak saat pandemi, karena Saya hanya seorang diri mengurus anak-anak. Mental dan fisik saya selalu di uji. 

Lalu bagaimana dengan Satu tahun saya kebelakang? Apa akhirnya saya tetap bahagia? Iya saya lebih bahagia membersamai anak-anak saya karena berbagai hal. 

1. Batasi Screen Time

Anak saya adalah anak yang sensitive jika sudah kebanyakan screen time, apalagi YouTube. Bisa tantrum hebat kalau dilepaskan gadgetnya. Kalau nonton di TV pun saya tidak mau anak saya hanya terpaku televisi dan tidak kembali ke fitrahnya untuk bermain atau memegang mainan-mainannya. Saya lebih sedih jika rumah saya rapi karena anak saya tidak bermain dengan mainannya. Si kakak hanya memegang gadget 1 jam selama sehari, itu pun di lakukan masing-masing 15-30 menit saja setiap menonton. 

2. Jadwalkan Waktu Tidur. 

Waktu tidur yang konsisten itu penting sekali. Bagi Saya, anak-anak tidak boleh melewati waktu deep sleep mereka yaitu jam 11 malam, jadi maksimal anak-anak tidur jam 10 malam. Pagi hari sebelum setangan 8 pagi mereka harus sudah bangun, lalu tidur siang di jam 12 siang. Anak-anak menyukai keteraturan, kalau tidak tidur siang saja sorenya bisa tantrum, malamnya sayanya yang tantrum =P

3. Berikan Anak Aktifitas 

Ini yang saya syukuri, karena anak saya masih bisa mengikuti kelas offline dengan guru private. Otak anak juga butuh distimulasi, kmereka sama halnya dengan orang dewasa, kalau otaknya tidak dipakai, bagaimana mau berkembang, apalagi mereka masih anak-anak, otaknya masih berkembang luas. Banyak hal yang harus kita kenalkan. Rutinitas bertemu guru, belajar sambil bermain adalah aktivitas yang mereka butuhkan agar tidak bosan dan mengurangi tantrum. 

4. Me time Ibu. 

Mungkin dalam seminggu bisa dihitung kejar-kejaran waktu. Tapi sesekali me time butuh diselipkan. Taruh gadget juga lebih seru sambil mendengarkan keheningan karena hari-hari sudah terlalu gaduh. Saat anak tidur siang dan saat bangun pagi adalah waktu me time saya, atau kalau kurang bisa saat sebelum tidur saya ulur sedikit waktu tidur malam saya.

5. Bangun Pagi dan Exercise. 
 
 Memang ya yang namanya exercise sendiri itu sulit banget dikerjakan. Apalagi lihat suami istri yang aktif berolahraga bersama, naik sepeda atau yoga bersama, rasanya memang dibutuhkan partner yang sefrekuensi untuk bisa olah raga bersama. hal ini belum rutin saya lakukan sama sekali, terlebih sudah hampir bulan puasa, jadinya makin deh ada alasan buat memulai. Padahal tubuh jadi enak banget kalau meluangkan waktu 15 menit saja untuk berolahraga. Tapi setidaknya saya konsisten untuk bangun pagi dan terus mencoba bangun setidaknya pukul 5 pagi. Semakin pagi, otak semakin segar untuk memulai pekerjaan yang menanti.

6. Nonton! 
 
Senjata ampuh kalau lagi mati gaya. Sebenarnya saya bukan orang yang hobi nonton, apalagi KDrama. Pada akhirnya mengunduh netflix dan ujung-ujungnya semua orang akan nonton KDrama pada waktunya. Sepanjang tahun kemarin, saya baru memulai menonton di akhir tahun, di saat udah mentok, otak gatau lagi harus ngapain. Baru segelintir tontonan Kdrama yang saya tonton dan sepertinya saya bukan orang yang harus punya tontonan. Saat ini saya belum ada waktu lagi menonton, walaupun sudah ada playlist.
 
Enam hal itu yang bisa membuat saya tetap normal, tapi semuanya atas izin Tuhan YME dan obat mujarabnya kedua anak-anak saya y

Rabu, 16 Desember 2020

Ketuban Pecah DiniBedrest Dua Minggu

 

Kehamilan yang bahagia adalah dambaan setiap Ibu hamil. Tapi jatuh bangun yang terjadi di kehamilan kedua saya membuat saya jauh dari kata bahagia. Ada saja masalah yang mengganggu fikiran, dari masalah hubungan sampai masalah drama asisten rumah tangga. 

Momen kehamilan tersebut tidak akan pernah terlupakan. Jujur, kehamilan kedua ini tidak  terencanakan, karena si sulung baru berusia 1.5 tahun. Baru saja saya belajar menjadi Istri dan Ibu, tiba-tiba saya akan menjadi Ibu dari dua anak. Sungguh saya bingung dan stres.

Setelah melewati fase dimana saya tidak terima dengan kehamilan ini, saya memilih untuk selalu berpikir positif dan lebih mempelajari lagi tentang melahirkan yang minim trauma atau biasa disebut Gentle Birth.

Melahirkan anak pertama terdahulu, saya masih sangat minim ilmu, saya terjebak untuk melahirkan secara operasi caesar, dengan masalah serupa, yaitu ketuban pecah dini diusia kandungan yang memang sudah cukup. Tapi dengan pengalaman tersebut, menyisakan trauma berarti karena pemulihan yang sangat lama dan sakit sekali.

Saya bertekad untuk melahirkan secara normal atau popular dengan nama Vaginal Birth After Caesarian(VBAC). Banyak upaya yang saya lakukan. Membaca artikel-artikel seputar kehamilan dari https://id.theasianparent.com/ , menimba ilmu dari para ahli, berolah raga (prenatal gentle yoga), mencari dokter atau bidan yang terbaik, dan tidak lupa utamakan berdoa.

Semua usaha tersebut runtuh ketika ketuban saya pecah dini atau disingkat KPD. Hingga detik dimana ketuban saya pecah, saya masih ingin mengusahakan supaya saya tidak lagi berada di kamar operasi dengan tetap mencari info seputar KPD, walaupun ini bukan pertama kali saya hadapi. Saya membaca di artikel The AsiantParent dan membayangkan melahirkan dengan indah dan terus berdoa agar usaha-usaha saya membuahkan hasil.

Cerita berawal dari bulan ke tujuh kehamilan, saya sudah kedatangan Asisten Rumah Tangga(ART) baru untuk mambantu saya, tapi tidak sampai satu bulan ART minta pulang. Lalu memasuki usia kehamilan 8 bulan, masalah besar datang dan tiba-tiba saya mengalami pecah ketuban, padahal usia kandungan baru 33 minggu dan berat janin baru 2.2 kilogam. 

Beruntung, pecah ketuban yang saya alami terjadi saat saya sedang mengantri dokter kandungan di sebuah klinik bidan. Dokter pun bergegas merujuk saya ke salah satu rumah sakit besar di Jakarta Pusat yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal kami di Jakarta Timur, khawatir saya harus melahirkan dan bayi yang saya kandung belum matang dan butuh NICU. 

Klinik bidan tersebut merekomendasikan seorang dokter fetomaternal dan tetap mendampingi saya hingga masuk ke IGD. Bersyukur, bidan dan dokter tersebut selalu membuat kami tenang dan memberikan kabar baik. Bahwa saya tidak harus melahirkan saat itu juga dan masih bisa mempertahankan kehamilan dengan syarat saya harus bedrest total. 

Kenapa saya masih bisa mempertahankan kehamilan saya? Ternyata ketuban saya sangat banyak dan pecah ketuban yang saya alam itu hanya merembes. Padahal yang terjadi, celana saya sudah basah kuyup tapi hasilnya tidak ada kebocoran signifikan, semua masih normal dan baik-baik saja. 
Tidak lama saya dirawat di Rumah Sakit, saya pulang dan menjalani bedrest, minum obat dan harus terus minum air mineral supaya ketuban saya bisa selalu normal atau seimbang. 

Saya juga mencari tahu air mineral apa yang bagus untuk air ketuban saya, percaya atau tidak, saya mengonsumsi air mineral dengan pH tinggi, walaupun kata dokter sama saja, tapi saya percaya, itu membuat ketuban saya selalu setabil, asalkan saya tidak banyak bergerak yang akan mengakibatkan ketuban saya akan rembes lagi. 

Hari-hari bedrest saya lalui dengan tidak nyaman. Si sulung tantrum hebat karena melihat saya hanya berbaring, padahal kami biasa melakukan kegiatan bersama-sama seharian. Ia sempat sakit dan membuat saya dilema, apa semestinya saya melahirkan segera dan kembali bermain bersamanya, sedangkan targetnya, saya bisa mempertahankan hingga 37 minggu atau setidaknya satu bulan hingga bisa melahirkan secara normal. 

Dokter pun menyuruh saya untuk rajin kontrol setidaknya seminggu sekali. Tapi, mempertahankan sebulan itu tidak mudah. Terkadang ketuban saya masih rembes karena saya harus bergerak. 
Bedrest dengan kodisi KPD itu badan pegal-pegal, harus sering ganti baju karena basah, tidur dialasi perlak, tidak bisa buang air kecil di kamar mandi jadi harus memakai pospak, apalagi jika sedang kontrol ke dokter.

Akhirnya kami menyerah di 35 minggu kehamilan, terhitung sudah dua minggu saya bedrest dengan kondisi keluarga sudah kerepotan. Pikiran suami terpecah, antara pekerjaan, keadaan saya dan si sulung. Badan saya sudah sakit tidak karuan lama-lama saya menyerah. Si sulung juga menjadi bahan pertimbangan terberat kami untuk melahirkan segera.

Minggu ke 35 tersebut saya berangkat ke Rumah Sakit untuk konsultasi ke dokter agar dijadwalkan operasi jika berat janin sudah cukup bagus. Dokter sangat kooperatif dan memastikan bahwa bayi kami sekarang sudah jauh lebih baik daripada 2 minggu lalu. Saya sudah melakukan beberapa kali penyuntikan pemantangkan paru si bayi. Rasanya tidak enak, Bun! Seperti kesemutan sebadan, untungnya hanya beberapa menit. 

Saat kontrol tersebut beratnya  sudah di angka 2.7 kilogram. Operasi akan dilakukan empat hari setelahnya, itu berati masih ada waktu memaksimalkan keadaan janin,Walaupun sedih dan sempat menangis ketika kembali ke ruang operasi, kami tetap bersyukur, anak kedua kami lahir seberat 2.99 kg dan matang sempurna tidak seperti yang kami bayangkan sebelumnya. Usaha kami tidak sia-sia, kini Ia sudah berusia 13 bulan. 

Semua pengalaman ini bisa menjadi pelajaran agar segala hal di rumah tangga harus dikomunikasikan bersama. Jangan sampai seorang Istri atau Ibu  berjuang sendiri tanpa support system. Hal paling penting adalah anak lahir dengan sehat, Ibu melahirkan dengan selamat dan bahagia menyambut buah hatinya dan jangan sampai menyesal dikemudian hari.