Senin, 13 Januari 2020

Tentang 1 Dekade

 

Tahun 2020 Ini, usia saya kini 32 tahun. Sungguh usia yang dahulu saya fikir, waw tua banget! Berarti sekarang saya sudah menua. Bersyukur sudah dianurahkan dua orang anak yang mungkin sepuluh tahun lalu, saya tidak berfikir akan menikah dan mempunyai anak.

Flashback ke 10 tahun adalah hal yang menyenangkan. Terlebih, kini saya adalah seorang ibu rumah tangga yang hanya memiliki sedikit teman. Namun, jika melihat kebelakang, ternyata sudah banyak hal yang saya kerjakan. Itu berarti sekarang fokus hanya pada keluarga. 

2010 Lulus kuliah dapat kantor retail pertama di daerah Kelapa Gading masuk ke dunia HRD, jd punya pengalaman dan keluarga baruπŸ’™. Tidak sangka, saya yang hanya mempunyai pengalaman guru, bisa masuk ke dunia HRD. Memang rezeki tidak terkira.

Akhir tahun, diajak teman-teman kantor untuk pertama kalinya bisa ke Malaysia dan Singapura. Awalnya Bapak tidak setuju, tapi dukungan Ibu besar dengan support dana juga dari beliau.

2011 Pindah kantor baru ke Bandara Halim Perdana Kusuma sampe akhir tahun keluar lagi cari kantor selanjutnya karna sudah tidak menyukai dunia HRDπŸ˜‚

2012 Masuk ke quarter life crisis, mau dibawa kemana karir saya ini sembari jd freelance yg uangnya tdk cukup memenuhi lifestyle quw 🀣.... Tapi tujuan semakin terarah, mau jadi apa, walaupun kebanyakan nongkrong juga menghabiskan uang.

2013 Akhirnya bisa bergabung ke kantor motivator, cita-cita menjadi Public Relation terkabul, pengalaman baru jd anak kos dan mempunyai roomate yang kini nggak tahu kabarnya πŸ‘
2015 Bosen ngekos di Jakarta Barat, sendiri ga punya roomate lagi, ga punya tabungan buat modal nikah lol, pengen balik ke rumah dan cari kantor baru, masuklah ke kantor start up properti.

2016 Menikah - Pindah ke kontrakan Rawa Belong. Hamil lalu harus hempas lagi dari kantor terakhir dan full IRT

2017 Hamil cuma bisa bertapa di kontrakan yang super bosan, melahirkan dengan operasi caesar dan pindah ke rumah Bekasi.. Alhamdulillah

2018 Lagi bosen-bosennyanya parah jadi IRT 🀣

2019 Awal tahun jual rumah selow2, belum kejual (insya Allah 2020 laku 🀲 aamiin), Hamil dan ikhtiar pingin lahiran normal tp umur kandungan 8 bln udah pecah ketuban, lahirlah Sano.. 

Sharing tidak ada maksut apa-apa, cuma untuk diri sendiri yang semakin tua tapi belum jadi apa-apa. Jadi teringat dengan orang-orang  yg menyertai kedewasaan saya di 10 tahun kebelakang, apakabar kalian? πŸ˜… Semoga 1 dekade berikutnya bisa lebih baik dan berwarna.

Sabtu, 09 November 2019

Gentle Birth dan Kenapa Harus VBAC?

 

Kehamilan adalah hal yang harus terencanakan, bukan kecelakaan atau ketidak sengajaan, tapi benar-benar sesuatu yang kita inginkan secara sadar, apalagi Ibu hamil itu harus selalu bahagia dan jauh dari masalah karena akan berdampak pada janinnya.

Proses melahirkan pun bukan sesuatu yang perlu ditakutkan sama hal nya dengan kematian, kapanpun  kita harus siap. Melahirkan harus bebas dari trauma agar pengalaman yang positif didapat ketika sang Ibu merawat bayi tanpa rasa stres dan penuh kebahagiaan setelah apapun proses melahirkan yang Ia lewati, normal maupun operasi sesar, itulah yang dinamakan Gentle Birth.

Beberapa waktu lalu saya mengikuti materi seorang penggiat VBAC bernama Mba Kamilah, Ia adalah seorang Ibu muda sekaligus Fisioterapi yang juga sukses melakukan VBAC. Ia membagikan banyak materi seputar hal yang menunjang kesuksesan VBAC dan tentunya tentang Gentle Birth. 

Menurut Mba Kamilah, Kehamilan haruslah sehat bugar jiwa dan raga untuk merayakan melahirkan dengan proses terindah penuh cinta kasih sehingga Ibu dan bayi bebas dari trauma sehingga yang didapatkan adalah pengalaman yang positif dan pengasuhan juga dapat berjalan dengan indah.

Saya masih mengalami born trauma dalam operasi sesar saya saat melahirkan Kio. Dari sana saya bertekad untuk bisa melahirkan alami. Mba Kamilah mengajarkan untuk membuat proposal kepada Allah untuk diizinkan menjalani VBAC ini. Proposal tersebut berisi, niat dan alasan kenapa saya ingin diberikan kesempatan tersebut, contohnya ya Allah izinkan hamba bisa melahirkan secara alami, agar hamba bisa memberikan yang terbaik untuk anak, suami, diri sendiri dan beribadah kepada Allah. 

Selain karena trauma dengan operasi sesar, ada hal lucu ketika saya menemui Bidan Amel pertama kali, Bidan Amel adalah calon provider VBAC saya kala itu. Beliau selalu mempertanyakan niat pasiennya kenapa ingin VBAC? Jika alasan pasiennya adalah untuk merasakan jadi Ibu yang sesungguhnya, tentu hal tersebut salah. Dan saya benar-benar merasakan hal tersebut, untungnya itu bukanlah niat yang saya miliki. Sekarang, ketika saya gagal VBAC, apakah saya bukan Ibu yang sesungguhnya, karena dua kali menjalani sesar? Bidan Amel berkata, Allah menciptakan tubuh wanita dengan segala keistimewaan untuk bisa melahirkan bayi. Untuk itu kita harus selalu berkhusnuzdon pada Allah untuk memberikan kita jalan agar bisa melahirkan secara alami.. 

Begitu pula yang dikatakan Mba Kamilah, bawa proses melahirkan itu suatu hal yang harus di jalankan secara alami layaknya mamalia saat melahirkan, ditempat yang tenang, sunyi dan nyaman. Berbeda sekali jika kita sudah pasrah untuk merencanakan operasi sesar tanpa ada kegawatan indikasi medis karena ingin yang instant dan cepat. Operasi sesar yang direncanakan pada Ibu Hamil, biasa di lakukan di usia kehamilan 37 minggu. Jika medis mengatakan diusia tersebut bayi sudah siap dilahirkan, sebenarnya belum tentu bayi nya sudah dalam keadaan siap dilahirkan kedunia, makanya ada bayi yang masih betah berlama-lama hingga kehamilan melewati 40 minggu atau 10 bulan. Bayi yang belum siap dilahirkan, biasanya akan suka rewel, itu kenapa bayi yang dilahirkan secara gentle birth biasanya akan lebih tidak menyusahkan karena dilahirkan dengan lebih kesadaran oleh Ibu dan dikomunikasikan kepada bayi. 

Apa perbedaan bayi yang dilahirkan secara alami dengan sesar? Apakah sama saja? Ternyata beda lohh. Bayi yang dilahirkan melalui jalan lahir ternyata memiliki antibodi maksimal yang didapat dari mikroorganisme yang Allah ciptakan di jalan lahir agar dapat mengembangkan system kekebalan tubuh yang kuat. Tumbuh kembangnya pun sudah terstimulasi sejak Ia melewati jalan lahirnya. 

Lalu alasan apalagi yang bisa meyakini untuk VBAC jika masih tidak meyakini hal-hal diatas? Yaitu faktor bahwa ada penelitian yang mengatakan bahwa sebenarnya bukan VBAC yang dapat membahayakan nyawa untuk sang Ibu, tapi justru operasi sesar lah yang lebih memberikan bahaya dan resiko. Apalagi biasanya di ruang operasi ada laki-laki, dan aurat bahkan organ intim kita akan mereka lihat dan saya mengalami hal tersebut, laki-laki entah dia siapa, bukanlah dokter kandungan yang saya kenal. 

Alasan lain yang penting juga bagi saya adalah ingin lebih hemat dari segi pengeluaran, karena tentu melahirkan normal apalagi di bidan, akan jauh lebih murah dibanding operasi sesar. Lalu Saya ingin melahirkan alami agar lebih cepat pulih dan lekas kembali ke rumah bersama-sama keluarga dan tentunya kembali bersama-sama si sulung tercinta, Kio. 



Sabtu, 28 September 2019

Prenatal Gentle Yoga - Ikhtiar VBAC

 

Memiliki rutinitas sebagai Stay At Home Mom membuat saya lebih memerlukan olahraga untuk mendukung aktifitas fisik saya sehari-hari, terutama untuk mengurus anak. Sebelum hamil anak kedua ini, saya pernah mencoba senam zumba, namun waktunya kurang cocok karena kelas nya hanya ada di waktu malam dan sangat pagi dimana saya sulit untuk meninggalkan Kio. 

Sampai akhirnya di kehamilan trimester awal, saya selalu mengalami sakit sebulan sekali dan saya rasa, hamil bukanlah penghalang untuk bisa berolah raga, dengan harapan badan lebih bugar dan tidak sakit-sakitan. 

Setelah browsing olahraga apa yang cocok, saya mendapati bahwa olahraga yang boleh dilakukan untuk Ibu hamil adalah Prenatal Gentle Yoga. PG Yoga ini bisa dilakukan di usia kehamilan mulai 20 minggu dan di usia kehamilan 20 minggu itu pula saya langsung mencari tempat PG Yoga area Bekasi atau Jakarta Timur. 

Sebuah klinik bersalin di Jakarta Timur menyelenggarakan PG Yoga setiap minggu dengan instruktur seorang bidan muda yang sejak pertama kali mengikuti kelas, membuat saya enjoy dengan kelas tersebut. Kelas yang awalnya saya memilih jam 9 agar tidak terlambat dengan jarak yang jauh, ternyata mengikuti kelas jam 7 pagi lebih menyenangkan. Ketika saya pulang, Kio baru akan bangun, lalu berangkat dan pulang udara Jakarta juga masih bersih, sungguh hal yang selalu saya tunggu.

Manfaatnya sungguh signifikan untuk saya pribadi, saya jadi tidak

sakit dan merasa lebih bugar. Sembilan puluh menit, seminggu sekali, sangat bermanfaat. Belum lagi manfaatnya untuk si jabang bayi, posisinya juga selalu bagus yaitu kepalanya sudah dibawah di usia kehamilan saya 26 minggu. Di kelas PG Yoga juga saya mendapatkan teman-teman seperjuangan yang sama-sama menginginkan proses melahirkan normal walaupun dengan provider yang berbeda.

Sabtu, 21 September 2019

Mudik Trip ke Padang di Kehamilan 4 Bulan Bersama 1 Balita

 

Di usia kehamilaan 4 bulan kemarin kami sekeluarga melakukan mudik trip ke Padang. Bagi kami ini adalah pengalaman luar biasa. Kami hanya pergi bertiga saja, karena mobil kami bukan lah mobil besar yang cukup membawa banyak barang, apalagi kalau sudah ada orang dewasa ikut, kaki saya saja sampai keram ketika rekan suami sekeluarga ikut berlibur ke Bukittinggi dengan jarak tempuh 3 jam dari Padang.

Suami saya baru sekitar 1 tahunan bisa menyetir mobil, paling jauh yang kami pergi baru ke Bandung. Saat itu saya sedang kondisi Hamil muda dan harus mengurus balita kami usia 2 tahun.


Jadi, kami berangkat H-4 lebaran, di mana perkiraan waktu tempuh kami sekitar 3 Hari dengan single driver yaitu Ayah Kio. Mengingat ada Ibu hamil dan Balita, kami melakukan perjalanan dengan santai dan kalau malam tiba kami akan menginap dipenginapan

Bersyukur, keberangkatan kami mudik minim kendala, dengan hanya mengandalkan gmaps dan mencoba Tol Sumatra, Ayah Kio menyetir, saya dan Kio terlelap . Bagaimana dengan Kio saat perjalanan? Pastinya balita 2 tahun ini mengalami bosan, dan jika bosan itu datang, Ia rewel namun tidak lama dia mengantuk. Mudah sekali bagi Kio untuk tidur di mobil. 

Kio tidak pernah mau tidur berbaring dibelakang, dia hanya mau didekap oleh saya, saya lumayan kelelahan memangkunya karena yang diperut juga tertekan. Malam pertama kami menginap di kapal, lalu Hari selanjutnya bermalam di daerah Lahat. Istirahat sampai badan lumayan bertenaga dan melanjutnya perjalanan tanpa bermalam lagi dipenginapan karena tujuan kami sudah dekat ke Padang. 

Senjata untuk Kio tentunya mainan, cemilan, dan kalau sudah kepepet ya YouTube. Sedihnya memang kebanyakan YouTube, kalau di restoran Ia tidak bisa diam dan kami sudah lelah, YouTube is the best nanny for him. 

Ketika Hari kepulangan kami ke Jakarta datang, kami sempatkan untuk berlibur sejenak ke beberapa tempat di Sumatra Barat dengan mengajak temannya Ayah Kio beserta istri anaknya menggunakan mobil kami yang kecil itu. Sayang nya kami terlalu santai dan ketika waktu sudah mepet untuk balik ke Jakarta kami terburu-buru. Ditambah lagi perjalanan pulang tidak selancar perjalanan berangkat. Tol Sumatra sudah tutup, posisi kami sedang di Palembang dan harus buru-buru pulang supaya Ayah Kio bisa kembali bekerja tepat waktu. 

Perjalanan pulang ke Jakarta, kami tempuh dengan sangat lelah sekaligus trauma, karena perjalanan yang tidak menggunakan tol Sumatera tersebut, membuat kami memutar-mutar cari jalan. Saya pun ikut begadang karena ketakutan dengan kondisi jalan non-tol yang menyeramkan. Tapi ketakutan saya tidak berpengaruh, saya tetap ketiduran dan Ayah Kio menghadapi jalan gelap sendirian. 

Ayah Kio bilang, selama saya tidur, kondisi jalan semakin parah dan gelap. Kami sempat menemui kemacetan yang sangat panjang akibat jembatan yang hampir putus dan sulit dilewati. Jika pengalaman ini akan diulang, tentu saya akan berpikir berkali-kali, mengingat ketika ada adik Kio, saya tidak mau menambah kesulitan, apalagi sebenarnya biaya mudik trip kami lebih besar daripada membeli tiket pesawat. Yha anggap saja pengalaman kemarin adalah membeli pengalaman sebelum si nomor dua lahir.

Jumat, 13 September 2019

Kio dan Kelas Montessori di Sunny Glow Bekasi

Semenjak hamil adik Kio, saya tidak lagi membawa Kio ke kelas Kindy Cloud di Jakarta. Tapi, sudah lama saya mengincar kelas montessori untuk Kio. Bersyukur kelas montessori tersebut ada di daerah Bekasi walaupun yang bisa per visit ini lumayan jauh dari rumah (maklum Ibu Kio sudah lemah).
Kio mengikuti kelas montessori pertamanya di Sunny Glow Harapan Indah Bekasi. Kio mengambil kelas di siang hari, dimana biasanya itu jam tidur siang anak, jadilah kelas tersebut menjadi kelas private buat Kio. Kio bermain sendirian dengan dua orang Miss.
Di awal kelas Kio masih kaget, karena tidak ada teman, dan ketika kedua Miss bernyanyi dan menari, Kio malah memeluk saya erat-erat, untung nya dia tidak menangis dan butuh beberapa waktu untuk melepasnya belajar dengan para Miss.

Setelah lumayan butuh ice breaking, akhirnya Kio tersadar bahwa di depan ada banyak mainan. Mainan-mainan tersebut merupakan mainan edikasi berbasis montessori. Kio dibebaskan memilih mainan yang ingin dia mainkan.

Awalnya Kio bingung dengan berbagai macam mainan disana, sedangkan sistem belajar montessori tersebut menggunakan metode satu-persatu agar anak tetap fokus akan hal yang Ia kerjakan. Jadi, ketika anak mengambil satu permainan, Ia harus mengambilnya di masing-masing alas, dan ketika sudah selesai, harus mengembalikannya lagi untuk mengganti permainan.

Walaupun belum ada temannya, Kio sangat menikmati kelas tersebut, Ia menemukan mainan favoritnya yaitu binatang-binatang perternakan sampai susah beranjak dari ke mainan lain. Kedua Miss disana juga sangat atraktif, baik dan sabar, jadinya saya hanya duduk menyimak tanpa harus kelelahan.

Sepertinya Kio akan kembali ke kelas ini dengan kelas yang lebih pagi agar bisa bertemu teman lainnya sambil melihat ada perkembangannya untuk Kio.