Ternyata, 4 bulan tinggal di lingkungan padat penduduk yang bukan di komplek ini lumayan harus adaptasi. Pertama, lingkungan disini adalah perkampungan, aku ga siap anak-anak menerima bahasa-bahasa kotor dari para anak tetangga, huhu..
Kaget jug aanak-anak tetangga main bisa sampai larut malam dan umur 2 atau 3 tahun sudah beredar tanpa orang tua. Jadi anak-anak aku tidak main keluar rumah sama sekali. Bukan, bukan karena kami sombong, anak-anak terlalu kecil dan belum bisa memfilter mana yang baik dan buruk. Sedih sih, dulu anak-anak bisa leluasa main sepeda, sekarang lebih sering balik lagi kerumah Ibuku untuk bisa lari-lari di halaman.
Rumah Ibuku juga sebenarnya bukan komplek, tapi lingkungan cukup kondusif dan tidak seberisik disini. Tetangga Ibuku juga tidak banyak mengintai, jadi kadang khawatir juga kalau di omongin tetangga, tapi aku tidak ada waktu untuk berinteraksi dengan mereka.
Acara-acara besar disini dirayakan dengan amat meriah, mulai dari maulidan dengan segala petasannya, khitanan dengan dangdutannya, tahun baru pun karoke till drop, subhanallah yaaa..
Bersyukur pemilik rumah ini baik, jadi paham kenapa dia meninggalkan rumah ini dan pindah ke Pondok bambu padahal rumah ini bangunan baru wkwkkwwk.
Insya Allah ya kalau ada rejeki mau punya rumah sendiri, mudah-mudahan tahun ini ada rejeki dan uangnya cukup, plis ya allah.