Hari ini adalah hari ke 33 saya di rumah saja self quarantine
di masa pandemik COVID-19. Perasaan campur aduk menyelimuti saya setiap
hari. Ada banyak rencana di tahun 2020 ini. Tahun kedua saya menjalani
sebagai Ibu 2 anak tanpa asisten. Baiknya, Kio menjadi anak yang dewasa,
punya adik, termasuk tidak banyak rewel untuk minta keluar rumah. Ia
sudah tau tentang virus yang ada di luar sana. Sesekali jika ayahnya di
rumah, Ia minta keliling hanya untuk sekedar putar-putar lalu drive thru
makanan cepat saji.
Pagi hari, tidak lagi sama, tidak lagi ada rencana untuk hari ini akan
apa dan bagaimana, dimana jika jenuh datang, kami sekeluarga bisa pergi
ketempat piknik untuk menghirup udara segar atau sekedar makan bersama
di sebuah restaurant. Ketika lelah datang, Saya kerap datang kerumah Ibu
untuk meminta bantuan, sebentar bisa beristirahat dengan rutinitas yang
itu-itu saja. Tidak lagi ada hasrat dan rencana untuk kami dan
anak-anak sampai pandemik ini berakhir.
Kio yang rencananya akan saya sekolahkan di tahun ajaran besok, saya
jadwalkan untuk trial sekolah di bulan April ini, sebelum bulan ramadhan
tiba. Tapi minggu depan ramadhan akan datang, semua sekolah tutup dan
pandemik ini entah sampai kapan, lalu apakah Kio akan tetap sekolah di
tahun ini? Kami belum tahu.
Hari dimana tidak ada pandemik saja, rasa bosan kerap datang. Lelah
pasti, tapi selalu ada hasrat dan keinginan, hal apa yang bisa saya
lakukan untuk mengisi kekosongan otak saya yang tetiba bisa freeze
karena rutinitas yang itu-itu saja setiap harinya.
Di pandemik ini saya kerap menangis, menangis karena tiba-tiba tidak
enak badan, ketakutan karena jika saya sakit, siapa yang akan mengurus
kedua anak saya. Bahkan, jauh dari Ibu saya, tidak akan ada yang bisa
merawat saya sakit. Naudzhubillahminzalik. Berikan kami sekeluarga
sehat-sehat ya allah.
Dibalik kepenatan ini, saya tak lantas terpuruk, berbincang di chat
dengan beberapa sahabat, cukup membuat saya kembali tersenyum. membahas
issue yang sekarang beredar. Memberi sedikit kebahagiaan pada si kecil
dengan membelikan mainan untuk membayar kebosanannya. Berbelanja sedikit
kebutuhan seperti kopi, cemilan, bahkan daster baru dan gelas kaca
cantik untuk menemani hari-hari yang menjenuhkan.
Sesekali, saya kirimkan sedikit makanan untuk teman dekat saya, anggap
saja sebuah traktiran karena menemani di kejenuhan saya. memberikan
sedikit tip untuk ojek online yang kerap menerima orderan saya, atau
membantu para pedagang yang lewat depan rumah dengan membeli dan
memberikan uang kelebihannya. Sederhana namun hanya itu yang saya bisa
lakukan dan membuat saya bahagia.
Perasaan rindu yang sangat besar dengan Ibu yang hanya berjarak 7 km
hanya saya tebus dengan doa, doa agar saya segera bisa bertemu dengan
beliau, orang yang selalu mendengarkan segala keluh kesah saya dan
mengajarkan saya untuk selalu berserah sama Allah.
Hidup saya bukanlah hidup yang berat, mungkin bahkan ada orang-orang
yang menginginkan hidup seperti saya. Ada pelajaran besar di masa
pandemik ini, mereka yang menanyakan kabar dan sedikit berbincang adalah
mereka yang betul-betul peduli dengan saya dan saya tidak akan
menyianyiakan mereka. Tapi jika sebuah kesalahan saya yang dilihat besar
dan berlebihan bagi orang dan itu membuat mereka tidak menyukai saya,
maka itu bukan lagi urusan saya, yang saya pertanggung jawabkan di
akhirat nanti adalah bagaimana sikap saya terhadap orang kain, dan saya
merasa sudah memberikan apa yang saya bisa dengan segala keterbatasan
saya. Apa yang mereka anggap tidak suka dengan saya, biarlah urusan
mereka dengan Allah.
Mengisi kekosongan ilmu, saya kerap mengikuti kajian online sebagai
ikhtiar saya menjadi manuasia yang lebih baik, terlebih saya adalah ibu.
Jadi ketika orang lain tidak menyukai saya, hanya Allah yang berhak
menilai saya. Semoga Saya bisa menjadi manusia yang lebih baik ketika
pandemik ini berakhir. Aamin