Jumat, 08 Februari 2019

Earn, Save and Invest

 

Penasaran dan kepo sepertinya adalah sifat dasar dari kebanyakan wanita.  Blog ini akan berisi tentang segala hal dari rasa penasaran saya kepada banyak hal. Contohnya adalah penasaran atau kepo tentang seberapa penting sih Financial Planner untuk sebuah keluarga? 

Sok an banget sih mau pakai financial planner, sudah tajir banget ya?
Ini di-AMIN-kan saja ya.

Saya sendiri dari sebelum nikah sudah sangat ingin mengetahui bagaimana sih cara mengelola keuangan keluarga. Awalnya jika saya masih bekerja, pasti akan ada penggabungan dua gaji dari dua kepala dan bingung bagaimana cara mengelolanya? Tapi kenyataannya, di awal pernikahan saya sudah tidak bekerja dan hanya mengandalkan gaji suami dan mudah-mudahan pengelolaannya jadi lebih sederhana.

Kami belum meng-hire financial planner dan masih keluarga muda yang sedang meraba alur dan pola sistem keluarga *ngomongapasihgue*. Untuk itu sebuah pedoman yang harus menjadi PR kami adalah Earn, don't spend much, Save and Invest.

Kenapa sih saya segitunya banget sama hal keuangan? Bukan tentang matrealistis, tapi realistis jika suami adalah karyawan swasta dan kami bukan dari krezi rich Jakartan dan masih harus menata keuangan untuk hari ini, hari esok dan hari-hari mendatang, maka sebagai 'mentrik keuangan' di Keluarga Perkasa, saya jadi tertantang untuk tahu lebih banyak!

Bersyukur hari ini masih dilimpahi umur, tenaga dan kesehatan, maka alangkah lebih baiknya jika empat hal yang saya tebalkan diatas harus mulai diterapkan. Karakter suami saya sangat melengkapi kami, beliau selalu mengingatkan untuk jangan boros dan tidak membeli hal-hal yang tidak penting, juga mengingatkan tentang Save and Invest.

Jadi ceritanya saya ingin menerapkan financial planning dengan mencoba menemui Konsultan Keuangan. Errrrrr.....

Dari pertemuan bersama konsultan keuangan atau financial planner tersebut , saya ditanya oleh dua orang financial planner, “Kenapa, ada keperluan apa kemari?” Saya jawab, “Apakah keuangan keluarga kami aman dengan segala perhitungan dan tabungan yang kami miliki?”

Lalu dari dua jam pertemuan dengan dua orang financial planner, mereka mencari tahu tentang latar belakang keuangan saya dan disimpulkan hal-hal dasar yang diperlukan dalam benteng keuangan keluarga.

Disini saya akan sedikit bocorkan tentang latar belakang keluarga kami yaitu, memiliki penghasilan dari satu kepala, tidak memiliki kartu kredit, hanya menggunakan satu rekening bank aktif dan memiliki tanggungan satu orang anak yang masih balita, belanja kehidupan sehari-hari masih dalam batas wajar hanya saja istri masih terlalu sering GoFood dan bukan pengguna GoPay. 

Maka dari latar belakang tersebut, yang kami perlu kembangkan adalah Investasi.
Kok investasi, kalau menabung aja gimana??

Banyak yang sudah paham ya, ketika kita menabung, atau SEKEDAR MENABUNG yang terkadang tidak pasti nominal tiap bulannya, uang yang kita tabung tidak dapat mengikuti inflasi, padahal biaya sekolah yang berinflasi setiap tahun, bisa-bisa tidak menjangkau keuangan kita. Pilihannya antara menurunkan standart atau berhutang. 

Berhutang bukanlah solusi, bagi kami berhutang itu akan menambah masalah. Terbiasa berhutang, esok hari akan terus bertambah berhutang dan berhutang.

Contohnya investasi untuk sekolah anak, disini biaya sekolah anak juga perlu ada sistem investasi, apalagi inflasi sekolah anak bisa lebih dari 30% pertahun. Sangat disarankan jika sudah memiliki standar atau tujuan sekolah anak sejak sebelum anak lahir atau bahkan sebelum Ibu hamil, dengan begitu akan semakin mudah merencanakan nilai investasi untuk anak masuk sekolah.

Nah perlu banget kan riset dari sekarang berapa uang masuk sekolah anak di sekolah inceran, lalu dihitung deh inflasinya dan kira-kira investasi apa yang cocok. Belum sampai disitu, pondasi keuangan keluarga tuh ribet ternyata, tapi nggak usah dibikin rumit! Saya akan lanjutakan dilain kesempatan yaaaa.. Ciaooo

Selasa, 15 Januari 2019

Kio and Kindy Cloud

 Kemarin seorang coach atau guru yang biasa dipanggil Miss dari Kindy Cloud bertanya pada saya, "Rumahnya di mana Mom?" Di JakTim jawab saya. "Wah jauh juga ya", sautnya. 


Kalau dibilang "kok niat banget untuk ikut kelas Kindy Cloud ini sih?" tidak juga yaa, karena walaupun sebenarnya rumah saya di Bekasi Barat, tapi tiap hari Selasa saya dan Kio ada di rumah Ibu di Jaktim, maka dengan mudahnya Kio bisa mengikuti kelas Kindy Cloud ini hanya dengan naik ojek ke Jaksel.

Kok naik ojek? Kasihan banget Kio-nya. Ya karena JakSel itu maceettttt bangeettt, bisa-bisa kami gagal ikut kelas karena kejebak macet. :D

Ok back to topic, kenapa seniat itu ikut kelas Kindy Cloud, emang itu apa sih?


Jadi, Ibunya Kio ini emang orangnya suka penasaran, dan awalnya cuma kepingin tahu kelas Kindy Cloud itu seperti apa. Jujur saja saat pertama kali saya dan Kio ikutan kelas ini, saya pribadi merasa awkward dan berpikir, memang ngerti ya bayi-bayi ini diajarin ini itu. Ikutan lagi ndak ya...?? Manfaat dari kelas Kindy Cloud ini apa ya??

Kemudian saya sadar, ih anak saya senang sekali berada di kelas tadi, nangis juga hanya karena takut disalah satu sesi dan selebihnya Ia sangat menikmati, maka saya berpikir ingin mencobanya lagi sampai Kio berani disesi tersebut.

Saya tidak pernah super niat menunggu jadwal kelas Kindy Cloud, tapi memang setiap ada sisa seat yang diumumkan di Instagram, saya langsung mendaftarkan Kio untuk di hari Selasa. 

Sebelumnya saya memilih kelas Kindy Cloud di Kemang yang tidak terjangkau dengan ojek dari lokasi kami. Favorit banget untuk kelas di Buba and Bump yang tempatnya bagus banget untuk anak-anak. Jadi sebelum dan sesudah kelas, Kio bisa main di playgroundnya.

Ada beberapa sesi di kelas Kindy Cloud dan kalau sampai terlambat jadi sayang bangettt. Pertama, ada sesi perkenalan sambil bernyanyi "hello..hello.. Kio how are you..?" "I am good". Kedua, ada sesi pemanasan dengan bernyanyi, bergerak dan baby gym. Lalu sesi dengan tema di hari itu, seperti tema Farmer/Patern yang diwakilkan menggunakan story telling atau bercerita dari sebuah buku anak-anak. 

Sesi berikutnya ada mewarnai gambar menggunakan warna yang sangat baby friendly, selanjutnya yang paling saya tunggu yaitu "Sensory Play" atau bermain dengan berbagai tekstur. Dimana disesi ini seru dan sedih banget, walaupun sudah ketiga kalinya Kio mengikuti kelas, ia masih saja ketakutan untuk menyentuh berbagai tekstur di sensory play :(.

Ada berbagai macam tekstur disini, mulai dari yang keras, lembek hingga cair. Memang sih anak-anak yang lain juga banyak yang menangis ketakutan ketika kakinya tersentuh tekstur yang bermacam-macam itu, tapi kalau diajarkan dari bayi, seperti tidak akan sejijik Kio.

Setelah bermain kotor-kotoran di sensory play, semua anak berganti pakaian dan dilanjutkan sebuah sesi tambahan sebelum sesi penutup. Lumayan banyak yaa kegiatannya..

Sesi penutupnya juga seru banget, yaitu bermain Peek A Boo menggunakan parasut. Anak-anak yang tadinya cranky karena sensory play jadi happy lagi. Sesi ini menjadi sesi favorit saya juga, karena keseruan bersama-sama bernyanyi "Row Row Your Boat" yang bagi saya, lagu ini jadi identik dengan Kindy Cloud. Sesi paling terakhir dan membuat anak-anak lebih on fire adalah bubble bath time yaitu anak-anak bermain berlomba-lomba merebut gelembung sabun.

Miss disini masih muda-muda, good looking dan sangat baik. Dari tiga kali mengikuti kelas, Kio selalu mendapatkan Miss yang sama.Sedikit tips supaya anak nyaman mengikuti kelas, sebisa mungkin ditidurkan dulu selama perjalanan menuju lokasi Kindy Cloud.  Gunakan pakaian yang nyaman seperti kaos lengan pendek dan celana pendek agar udah bergerak dan main kotor-kotoran. Bawa baju penggant untuk mama dan anak. Sediakan juga makanan atau cemilan dan yang paling penting air minum.

Jadi menurut mama penting tidak sih mengikuti kelas seperti ini? Untuk saya pribadi, saya menyadari diri saya bukanlah Ibu yang piawai dalam berbagai hal termasuk mengajarkan anak dalam sensory play. Karena kekurangan saya tersebut, maka saya sebisa mungkin mengikuti kelas ini untuk Kio walaupun masih jarang sekali.

Kalau ada yang bilang, kan bisa dirumah? Iya bisa banget! Tapi kebetulan saya orangnya males repot dan lebih senang jika saya dan Kio bertemu dengan anak-anak lain untuk bersosialisasi dan belajar bersama, Jadi kalau mama-mama punya tenaga yang lebih dan ingin lebih berhemat, bisa saja membuatkannya dirumah.

Kalau yang belum tahu lagu "Row Row Your Boat", ini yaa.. bisa dihafalin sebelum ikut kelas Kindy Cloud :D


Sabtu, 22 Desember 2018

Selamat Hari Ibu, Stay at Home Mom!

 Haloo..haloo..


Di hari Ibu 22 Desember 2018 ini adalah launching perdana blog saya! fiduyblog! Sebelumnya saya sudah memiliki blog pribadi bertahun-tahun, namun saya ingin sekali kembali rutin menulis disini dan membahas tentang apa yang saya alami dikehidupan sehari-hari.

Masa transisi dari single, menjadi istri lalu menjadi Ibu adalah perubahan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, apalagi kini saya tidak bekerja dan hanya menghabiskan waktu di rumah bersama anak yang terkadang super membosankan.

Saya sendiri masih tidak tahu, bagaimana mengatur waktu dengan baik dan bisa memanfaatkan waktu luang yang amat sangat terbatas ini. Jika hanya seharian di rumah, perasaan galau tiba-tiba suka datang, seperti perasaan ‘insecure’ atau tidak nyaman sebagai “Stay At Home Mom’. 

foto diambil disini
Banyak teman lama saya yang juga menjadi Stay At Home Mom (SAHM) seperti saya, tapi tidak sedikit juga yang masih bekerja setelah memiliki anak. Kedekatan saya tidak pernah berubah kepada mereka, mau Ibu bekerja atau tidak bekerja semua sama saja.

Latar belakang Ibu kandung dan Ibu mertua saya pun keduanya bukan SAHM, Ibu saya adalah seorang guru, sedangkan Ibu mertua saya adalah pedagang. Begitupula dengan adik saya yang kini tetap bekerja meskipun sudah memiliki anak. Maka karena itulah saya merasa ‘insecure’ jika ‘hanya’ menjadi SAHM.

Perasaan insecure itu juga datang jika saya harus bertemu orang baru contohnya tetangga yang baru saya kenal, atau apabila saya bertemu dengan teman suami bahkan orang lain yang tidak tahu pasti kondisi atas pilihan saya menjadi SAHM.

Awalnya tidak pernah sedikitpun terbersit dipikiran saya untuk menjalani SAHM hingga anak saya lahir dan berusia 3 bulan. Sampai Ia di usia itupun saya masih galau, masa iya sih saya harus bekerja meninggalkan anak, tapi jikalau saya bekerja bagaimana dengan tabungan kami? Belanja pribadi saya? Biaya jalan-jalan? Pusing saya kalau nggak bisa belanja dan jalan-jalan.

Ketika waktu bergulir, sampai akhirnya support system pun tidak mendukung untuk saya bekerja, bahkan suami tidak mengijinkan saya bekerja paruh waktu yang menurut beliau pemasukannya tidak akan sebanding dengan pengeluaran istrinya yang hobi ngopi fancy.

Katakan saja insecure ini adalah minder atau tidak percaya diri, solusi saya saat ini masih menjauhi komentar orang dengan sedikit bersosialisasi dengan orang baru. Terdengar cemen yah memang :D Namun, saya butuh waktu hingga saya kembali bisa mengaktualkan diri ketika anak saya sudah bisa mandiri kelak.

Kenyamanan menjadi SAHM tersebut tidak membuat saya berhenti berpikir melakukan apa yang saya suka, maka dari itu saya ingin kembali menulis dan bercerita tentang apapun disini. Jika tidak terlalu berguna untuk orang banyak, setidaknya ini akan menjadi pengingat saya dihari tua nanti.

Selamat Hari Ibu Para Stay At Home Mom!

Rabu, 29 Maret 2017

Rindu Rumah Ibu

Setelah memiliki pengalaman menjadi anak kost hampir satu setengah tahun saat masih single dan akhirnya menikah September lalu, saya dan suami memilih untuk menyewa rumah alias ngontrak di daerah yang terjangkau dari kantor kami berdua. Selama 7 bulan kebelakang saya menjadi 'kontraktor' a.k.a pengontrak rumah, saya menyadari bahwa saya nggak betahan buat tinggal di tempat lain selain di rumah Ibu.

Sekian puluh tahun saya hidup, saya hanya pernah tinggal di satu rumah tanpa pindah. Meskipun dulu waktu saya masih jadi remaja tanggung, saya berfikir asik kali ya pindah-pindah rumah, bongkar dan packing barang. Hmmmm..... Sampai akhirnya saya sadar, MAU PINDAH KEMANEEE MPOOK?? 

Dulu saat jadi anak kost, saya juga biasa untuk pulang lebih dari sekali seminggu karena hanya berjarak dari Barat Jakarta ke Timur Jakarta yang juga menggunakan sepeda motor. Saat sekarang menjalani rumah tangga pun lokasi kami mengontrak masih di Barat.

Saya sangat merindukan rumah Ibu saya itu yang hampir semasa hidup saya berada disana. Memang saat single dulu, saya hampir jarang di rumah dan memiliki banyak kegiatan setiap weekend. Bahkan Ibu saya bilang, "rumah rasa kost-kostan" karena cuma saya pakai tidur. 

Itu dulu, saat single aktifitas segudang, kesana kemari nggak ingat apa-apa, sekarang semua berubah 360 derajat, hampir 7x24 jam saya hanya berada di rumah kontrakan, bosan parah. Tidak punya teman bicara, bahkan kadang hanya di kamar tidur karena cuaca Jakarta yang terlalu panas dan Ibu hamil paling tidak bisa berpanas-panasan.

Januari kemarin, saat akan membayar sewa rumah pun, saya setengah hati untuk memperpanjang rumah kontrakan ini dan ingin kontrak rumah yang lain di dekat rumah Ibu. Tapi Ibu kontrakan lebih dulu menghubungi suami untuk lekas membayar padahal jatuh tempo masih lama. AH! Tidak ada lagi jeda untuk berpikir dan lekas-lekas kami bayar. 

Saya sedang menunggu saatbisa pulang kerumah Ibu dan ingin kembali kesana. Rencananya, satu bulan sebelum melahirkan nanti saya akan kembali kesana karena sudah makin sulit saya bergerak dan memerlukan bantuan orang lain. 

Tak sabar menunggu bulan depan datang dan bulan kemudian.


Rabu, 15 Maret 2017

Maret Berharga

Lima belas hari yang lalu, aku bahagia menyambut Maret
Entah kenapa ada senyum kecil hadir setiap mengingat bahwa bulan akan tiba.
Aku coba mengingat sambil mengumpulkan senyum lebih banyak lagi. 
Menjalani sembilan puluh hari kebelakang dengan amat membosankan, semangat seperti ini sangatlah berarti besar untukku. 

Oh mungkin aku bahagia karna tak lama lagi trimester kedua kehamilanku segera berganti menjadi trimester ketiga.
Itu berarti hari aku bisa segera bertemu bayi kecil ku.
Ah tapi bulan Juni masih lama sekali dari bulan Maret, apakah ada hal lain yang aku nanti?

Tidak pernah ada hari yang sedih lagi, ini sudah hari ke lima belas dan ternyata aku sudah melewatkan tanggal 10 dimana di bulan ini dua tahun lalu, aku dan dia memulainya.. 

Satu tahun kemudian di bulan ini juga, keluarga kami saling berkenalan dan cincin di jari manis mulai tersemat di tangan kiriku.

Ah iya, tepat di bulan ini, satu bulan lalu. Kini cincin itu sudah ada di jari kanan kita.
Dan di Maret ini pula, sebuah ambisi baru hadir.

Kita mendambakan rumah tinggal pribadi yang sejak belum menikah pun sudah selalu ada dipikiran.
Bismillah Maret. another gift for our family :')