Ketika di tengah keputus-asaan mengejar mimpi tetiba ibu
bilang “Coba kamu masih jadi HRD di Halim aja ya mungkin udah enak gaji bagus,
deket pula” #Jleb. Kadang aku jadi mikir, sebenarnya rezekiku dimana ya. Sampai
sempet hopeless dan under estimate sama Allah. Beratnya lagi denger nazar-nazar
nyokap yang kalo anaknya yang belum sukses ini dapet kerja, beliau akan ini itu
ini itu…
Iya inilah aku, kuliahnya aja 5 tahun gara-gara nggak serius
dan lebih suka nyari duit (aselik ini aku nyesel banget). Waktu jadi fresh
graduate di tahun 2010, aku apply ke banyak perusahaan dan Alhamdulillah
walaupun belum dapet ijasah dan wisuda, perusahaan mau nerima aku yang bahkan
belum sidang ini.
Diperusahaan itu adalah kantor pertamaku. Kantor yang
menurutku ngasih banyak ilmu dan keluarga baru. Aku sangat happy berada
dikantor itu. Berada ditengah lingkungan divisi HRD yang sangat menyenangkan. Bahkan ketika aku sidang, mereka dengan
sangat baik memberikan waktu dan support demi kelulusanku itu.
Di kantor itu pula aku terpuaskan dengan gaji seorang admin
yang cukup besar. Paling muda dan mudah beradaptasi dengan seluruh karyawan
divisi lain dan di cabang maupun diluar kota, dengan mudahnya namaku terkenal
dikantor, fida si admin HRD.
Aku memiliki ruangan yang sama dengan ibu manager yang
sangat baik. Bahkan beliau suka ngangkat telfon yang ditujukan buat ku loh,
hahaha.
Sama halnya diruangan sebelah yang berisi tiga superiorku yang
juga suka ngangkatin telfon untuk aku, karna aku terlalu terkenal di cabang.
hahahhahaha
Tapi namanya hidup, nggak bisa selancar yang kita inginkan.
Divisi kami hancur karena beberapa pihak yang tidak suka dengan kehangatan
divisi kami. Satu persatu harus keluar dari perusahaan tersebut. Aku yang saat
itu masih anak polos dan nggak terima keadaan, nangis sesenggukan di tinggal
manager dan supervisor kesayangan.
Sampai akhirnya aku pun ikut pergi dari perusahaan itu dan
pindah ke Halim menduduki divisi yang sama di sebuah perusahaan pesawat Jet. Di
Halim, aku tidak terlalu menyukai lingkungan high class dan rata-rata sudah
berumur. Aku nggak ngedapetin kenyamanan yang aku dapati seperti dikantor
sebelumnya. Suasana kantor yang saat ini sangat formal dan sangat jauh berbeda.
Aku mengalami banyak senggolan-senggolan yang aku sendiri belum siap.
Aku bertahan hampir setahun dihalim, yaitu dari awal 2011
sampai akhir 2011 tanpa memiliki teman-teman seperti waktu aku diperusahaan
sebelumnya. Teman-teman sekantor rata-rata bukan teman sebaya, dan kebanyakan
bapak-ibu berumur. Aku bahkan kerja sendiri dan nggak punya atasan, sampai
akhirnya ada teman yang malah menjatuhkanku.
Dari situ aku cabut tanpa tau harus kemana. Di awal 2012, aku tetep mencoba melamar kebeberapa
perusahaan sebagai HRD. Tapi seiring berjalannya waktu aku dibukakan pintu
rezeki yang tidak lagi berhubungan dengan HRD. Dan sempat di tahun tersebut aku
mencicipi 3 perusahaan dengan job desk yang berbeda-beda tetapi tidak
berlangsung lama. Sampai akhirnya aku juga mencoba berwirausaha di berbagai
bidang dan belum berhasil.
Diakhir tahun yang sama aku sempet depresi. Suka nangis,
putus asa, dan mencoba melamar beberapa perusahaan dijalur yang sudah aku pilih
sebagai pekerjaan impian. Jalur yang membawaku ke passion seorang Sanguin untuk
tidak lagi menjadi HRD tapi aku sangat ingin menjadi bagian yang bisa langsung
berinteraksi dengan banyak orang seperti agency iklan, marketing ataupun Public Relation.
Allah belum juga menjawab doaku dan saat itu pikiranku
terbang-terbang, pingin jadi wirausahawan lagi, sampe mau cabut keluar negri
atau keluar kota. Aku bener-bener stress!
Ditahun ini, 2013, aku ngelewatin hari-hari dengan lebih
bijaksana walaupun tetap terasa berat. Alhamdulillah aku dapet kesempatan jadi
contributor lepas disebuah portal berita. Walaupun duitnya cuma bisa beli
pulsa, tapi itu pengalaman berharga buatku. Aku jadi sangat bersemangat untuk
bisa melamar ke media-media.
Banyak panggilan tapi banyak kegagalan juga. Aku nggak tau
lagi harus jadi apa sekarang. Setiap tempat yang aku berfikir akan diterima,
mereka nggak juga memanggilku. Dan aku makin nggak tau harus jalan kemana.
Bulan Ramadhan lalu, aku banyak berdoa. Berdoa untuk karir
dan masa depan yang cerah. Walaupun setiap harinya aku terlihat cengangas cengenges,
aku tetep serius untuk masalah yang satu ini. Aku juga pingin sukses! Aku
pingin ngebahagian orang-orang disekitarku.
Sebentar lagi umurku26, nggak terasa udah pengujung tahun
lagi, aku udah buang-buang waktu banyak tanpa deadline dan cuma bisa pasrah dan
berdoa. Aku belum jadi apa-apa ditengah teman-teman yang berlomba dengan gadget
baru, liburan sana-sani, aku cuma terpuruk. Aku jadi sensi berat dan nggak
terlalu suka kumpul-kumpul.
Aku sedih, belum bisa ngebahagiain orang tua satu-satunya
yaitu nyokap. Bokap juga pasti sedih liat aku disini. Tapi aku yakin Allah
nggak mungkin menzolimi umatnya. Allah sayang sama fida! Almarhum bokap juga
pasti bantu aku.
Berbekal iseng-iseng aku kirim lamaran yang sebenarnya di
website udah tutup tanggalnya. Tapi aku berhasil menerima email pas lagi perjalanan
mudik untuk mengirimkan jawaban atas soal-soal dari perusahaan yang aku lamar
itu. Alhamdulillah aku baca email belum telat dan masih ada waktu untuk buka
laptop dan cari wifi karna keadaan saat itu lagi dijalan menuju Solo.
Alhamdulillah perjuangan itu berbuah hasil dengan aku masuk
seleksi ketiga yaitu 20 besar dari seratus lebih pelamar untuk menjadi PR
officer di perusahaan tersebut. Dengan usaha yang maksimal aku bisa lanjut ke
seleksi tahap akhir yaitu 3 besar dan akhirnya mimpi dan penantianku untuk
menjadi Public Relation terwujud.
Alhamdulillah, allah memang selalu baik dengan hambanya.
Selalu ada pelangi setelah hujan, selalu ada bahagia setelah sedih. Terima
kasih ya Allah atas rahmatmu, insyaallah profesi ini akan aku jalani terus.