Rabu, 29 Juli 2015

Suksesmu Dekat Ketika Rencana dan Langkahmu Tepat

Berbicara tentang 'Sukses', kemarin saya tidak sengaja membaca timeline twitter tentang artikel "Tak Usah Belajar dari Orang Sukses, dan 4 alasannya". Reflek saya retweet karena setuju dengan apa yang ada di dalam artikel tersebut.

Beberapa hari lalu saya juga baru berbincang dengan teman yang kini sudah memiliki jabatan tinggi di usianya yang baru 27 tahun dan sudah berpenghasilan entah berapa kali lipat dari penghasilan saya. Jujur saya iri! Sangat iri!

Wanita rendah hati yang tak lain sahabat saya sendiri itu tidak pernah mengagung-agungkan jabatan atau penghasilannya. Itu yang lebih-lebih membuat saya iri.

Waktu dan tenaga membawanya kepada kesuksesan saat ini. Bukan membuang waktu belajar dengan orang sukses, yang belum tentu benar-benar akan membuat kamu sukses. Ah sudah lah. Saya bukan ingin membicarakan diri saya yang sudah terlanjur belajar dari orang sukses tapi ups! :D

Berbincang dengannya adalah hal kegemaran saya. Bagaimana bisa ya dia mencapai hal tersebut. Ringan dia menjawab, "Anak itu adalah plagiat yang ulung. Gue yang sekarang seperti ini adalah cita-cita gue 5 tahun lalu. Dan gue belajar dari bokap, Duy!"

Hmmm.. malam minggu di sebuah kedai sederhana di temani gelas-gelas berisi coklat dengan perbincangan yang agak berat saya meringis! "Bokap lo ya? kaya gimana tu?" si kepo bertanya dengan songong :D

"Bokap gue itu pekerja keras dan itu turun ke gue!" jawab nya sambil mereguk segelas coklat mint tanpa raut muka sombong sama sekali dan minta banget di toyor karena bikin saya tambah iri!

"Semenjak gue memilih jurusan, lulus kuliah, gue udah tau gue mau ngapain dan akhirnya ya ini yang gue mau tapi gue juga ga mau memperlihatkan itu ke orang-orang ya!" Aaahhhh.. Kalau saya yang ada di posisi kamu, pasti saya nggak gitu, Tuhan adil yah! :))) 

"Dulu juga ketika lulus, ngga sembarang tawaran gue terima. Karena gue tahu apa yang gue mau, Duy!" Tambahnya lagi dan saya pun ngangguk sambil ngaca dan menatap diri dengan miris.

Kurang lebih itu sepenggal percakapan saya dengannya yang intinya apa yang Ia dapatkan sekarang adalah rencana yang Ia miliki sejak lama. Saya? Rencanaya apa yang saya buat 5 tahun lalu? Saya mencoba mengingat ke belakang dan itu tentang angka dan bukan kejelasan sebuah langkah pasti yang harus saya tempuh.

Tapi jika berbicara tentang orang tua, mungkin saya bukan plagiat orang tua. Orang tua saya pun pekerja keras hingga anaknya tidak perlu hidup susah seperti ketika mereka muda dulu. Bedanya saya dengan sahabat saya, saya terlalu jauh mengambil contoh hingga salah mengambil langkah.

See, punya tujuan jelas dan cukup mencontoh dari orang yang dekat tapi bukan sibuk nyontoh-nyontoh si "orang sukses" yang sebenarnya kita nggak tahu apakah cerita suksesnya itu beneran apa nggak. :D